Banyak terdapat jenis burung Kakaktua ini. Paruhnya yang bengkok, kebiasaannya yang riang, lucu dan perilakunya yang khas, serta pandai menirukan suara manusia, membuat Kakaktua menjadi salah satu primadona para penggemar burung di seluruh dunia.
Sebenarnya, wilayah kita merupakan penyumbang jenis Kakaktua yang paling banyak di dunia, namun sangat disayangkan, akibat perburuan liar yang tiada hentinya, menjadikan populasi burung ini terancam punah.
Musisi alamiah
Salah satu dari sekian jenis burung Kakaktua itu adalah Kakaktua palem.Â
Burung Kakaktua palem boleh disebut sebagai bintang rock dari dunia binatang.
Barangkali kita mengerti, Â kemampuan menghasilkan irama saat memainkan perkusi adalah sesuatu yang mengakar di dalam biologi manusia. Bagaimana ini berkembang telah lama menarik perhatian ilmuwan - bahkan Charles Darwin menulis tentang kegemaran alami manusia terhadap irama.
Nah, kini ada makhluk lain selain manusia yang ternyata menggunakan alat yang sudah disesuaikan fungsinya untuk menghasilkan ketukan perkusi.
Sementara hewan lain, seperti simpanse, bisa menabuh dahan dan batang pohon, Kakaktua palem dari Australia melakukan keunikan yang menunjukkan kesadaran mereka akan irama musik.
Penemu fenomena ini adalah Robert Heinsohn, pakar biologi konservasi di Australia National University. Suatu hari, ia mengamati burung pemalu tersebut tampak "menggenggam" dahan kayu atau batu dan ia hantam-hantamkan ke batang pohon.
"Sesekali, burung ini berhenti mengetuk, menegakkan jambulnya yang indah, dan mengeluarkan suara mirip tiupan peluit atau pekikan lantang," papar Heinsohn.
Selama lebih dari dua dekade, Heinsohn meneliti Kakaktua tersebut untuk memastikan bahwa bunyi yang dihasilkan adalah musik sejati - didefinisikan sebagai irama teratur, komponen berulang, dan, tentu saja, sentuhan individu.