Silakan saja simak kisah suami istri dan temannya yang bertualang di tengah laut dengan kapal yang dikemudikan sendiri. Di tengah jalan, terjadi perselisihan paham. Tapi, kala salah satu memutuskan untuk pergi, ternyata mereka sedang berada di tengah laut sehingga tidak bisa ke mana-mana. Maka, mau tidak mau, mereka mesti menyelesaikan masalah. Sepertinya remeh saja. Namun, itulah hidup. Kita tidak akan pernah menyelesaikan masalah cuma dengan lari dari masalah itu.
Atau, silahkan baca juga cerita bagaimana Brahm pernah mengalami sakit gigi yang ripuh. Pelbagai macam meditasi dilakukannya. Namun, tidak satu pun yang dapat membuat sakit giginya sembuh. Akhirnya, di dalam keputusasaannya, Brahm menyerah dengan "mempersilakan" sakit gigi menyiksanya. Ternyata, langkah itu justru menjadi "jalan damai" yang pada akhirnya malahan membikin sakitnya lenyap. Bila dicerna, cerita ini mungkin amatlah sederhana. Namun, di sanalah simbolisasi bahwa kepasrahan atau keikhlasan seseorang dalam menerima sesuatu yang terjadi ternyata justru dapat menjadi solusi yang paling ampuh.
Masih banyak lagi kisah lain yang diungkap oleh Brahm dengan gayanya yang khas. Menghibur, menggelitik, Â tapi kalau dicerna lebih jauh, amat berisi. Hebatnya, tak seperti buku-buku sejenis lainnya. Kalau biasanya buku kumpulan tulisan sering terpisah isi antar bagiannya, maka kumpulan tulisan ala Brahm ini justru mempunyai plot yang tidak lepas satu sama lain. Dan, inilah kekuatan gaya bertutur Brahm. Karena, ia dapat mengajarkan banyak hal tanpa kesan menggurui.
Nah, bila Anda ingin "bertualang" menikmati kisah hidup yang menghibur sekaligus mempunyai nilai ajar yang berkualitas, mungkin buku setebal 328 halaman dan seharga Rp 60.000 ini bisa menjadi referensi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H