"Itulah sebabnya pada mereka yang pintar, memiliki leadership yang matang dan punya pengalaman, pasti yang dibangun adalah culture, sebab inilah yang membuat seseorang betah dalam bekerja," papar Nanda.
Kesalahan lain? Melakukan copy paste dari yang dilakukan perusahaan lain, membuat beberapa platform berbeda, dan menganggap apa yang dilakukan oleh startup lain bisa pula dibuat sendiri. Akibatnya justru tidak fokus, mau melakukan semuanya.
Secara senada, Roy menilai bahwa tantangan atau kendala yang dihadapi usaha startup terkait dengan karakter, seperti keberanian mengambil risiko, kemampuan menangkap peluang, dan persiapan mental untuk berkutat dengan segala tantangan yang ada.
Bagi para pemula yang ingin mulai membentuk startup, Roy berpesan agar menumbuhkan keinginan wirausaha sejak dini, cermat serta cerdas dalam menjalankan usaha tersebut, belajar dari ahlinya, serta dapat bimbingan yang tepat.
"Jangan lama-lama menjadi startup. Harus cepat menaikkan skala ke arah yang lebih mapan. Menjadi startup cukup dua tahun saja, lewat dari itu mestinya tidak bisa lagi disebut startup," tukas Roy.
Nanda berharap dunia startup Indonesia semakin berkembang karena prospeknya luar biasa.
Untuk itu, ia menegaskan sejumlah kunci penting dalam menjalankan startup. Selain itu, Nanda mengingatkan agar para pelaku startup belajar ber- partnership dan berkolaborasi dengan ribuan perusahaan.
"Banyak startup yang tidak bisa berkolaborasi dan berkompetisi dengan sehat. Jadilah startup yang humble dan mau mendengar. Jangan merasa paling hebat dan bisa melakukan semua sendiri, tanpa terkoneksi dengan perusahaan lain," pesan Nanda.
"Kita memang bisa tetap berjalan cepat dan sampai tujuan jika berjalan sendiri, tapi dengan berjalan bersama, tujuan yang akan dicapai pun lebih jauh," pungkas Nanda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H