Sayangnya, kata Nanda, banyak startup yang tidak mau move on dan terus melabeli diri sebagai startup. Padahal, kalau profit-nya sudah bagus, apalagi dapat investasi yang besar, maka harusnya sudah "naik kelas" menjadi bisnis. Mengubah mindset dari terus menganggap usaha sebagai startup menjadi sebuah bisnis yang mapan pun menjadi tantangan.
Mengapa ada usaha yang sulit beranjak dari klasifikasi startup? Jawabnya: faktor SDM.
Bayangkan hal ini seperti membangun rumah, di mana ada arsitek, kontraktor, dan tukang. Ketika rumah sudah berdiri, tugas ketiganya selesai. Nah, untuk bisa nyaman dihuni, kita harus membawa desainer interior.
"Begitu juga dengan bisnis. Ada dua klasifikasi orang dalam membuat bisnis, yaitu builder dan grower. Builder adalah yang membangun, dan setelah mendapat investasi besar, pendapatan yang bagus, beranjak ke fase bisnis memang agak sulit," papar Nanda.
Sering kali, terjadi kondisi stagnasi, alias usaha jalan di tempat, karena mindset seorang builder dan grower berbeda. Builder punya mental membangun, merasa cukup dengan kondisi yang ada, dan takut mengambil risiko saat meningkat ke level bisnis, yang menjanjikan sukses besar.
"Di sini, biasanya tindakan yang diambil adalah menjual atau tidak meneruskan, bahkan lama-kelamaan bisa masuk ke dalam kondisi sunset," Nanda memperingatkan.
Sunset-nya sebuah startup, apalagi di dunia digital, bisa terjadi lebih cepat, apalagi kalau tidak dikombinasikan oleh kemampuan si builder dan grower.
Selain SDM, faktor yang memicu kemunduran startup antara lain tidak memiliki pengalaman bisnis dan jiwa leadership, serta tidak adanya culture perusahaan dalam merintis usaha.
Menurut Nanda, banyak startup yang menggaji karyawan dengan nilai fantastis, tetapi tidak memiliki budaya bisnis yang membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja.
"Anak-anak muda ini masuk ke perusahaan hanya karena melihat uangnya, tidak peduli dengan culture. Sementara, banyak startup yang tidak punya culture, karena ritme kerjanya menggila," tandas Nanda.
Ibarat berkendara, terus ngebut tanpa pernah berhenti atau mengurangi kecepatan, untuk sekadar melihat pemandangan bagus di sekitar, atau memikirkan hal-hal yang lain.