Mohon tunggu...
Pyan Sopyan Solehudin
Pyan Sopyan Solehudin Mohon Tunggu... -

http://asicafe.wordpress.com sebagai tempat untuk bisa menulis esei, puisi, cerpen, dan novel dengan berbagai tema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Esok adalah Esok

13 Mei 2010   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:14 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena mereka kekurangan dan merasa kekurangan, seolah-olah mereka dipandang tak peduli di luar dirinya. Yakinkan hatinya mantapkan pikirannya bahwa mereka bisa serba mengada segala-galanya berlimpah ruah. Sekarang kau tidak boleh tinggal diam, atau malah bermuram durja. Katakan dengan lantang kata-kata kebenaran tanpa takut secuil pun nyawa taruhan. Karena siapapun dia adalah sama. Karena kita adalah manusia.

Janganlah berlagak bego. Janganlah kau berpura-pura tidak tahu-menahu bahwa kekayaanmu oleh dunia barat sana dikeruk sedalam-dalanya. Bukan hanya alam fisiknya, tapi juga kekayaan kedalamannya. Kekayaan batin orang-orang Timur, kearifan Timur. Mereka terus mengeksploitasi tanpa berkesudahan, tanpa ampun, tanpa henti, sampai akhirnya Renaisance terjadi di belahan bumi sana.

Mimpi adalah mimpi. Kita harus meminta untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Kita tidak akan mendapatkan jika kita tidak meminta. Kita punya jatah dalam penguasaan ekonomi. Kita berhak mendapatkannya dan mengarahkannya pada pembangunan manusia paripurna, Insan Kamil, manusia yang tercerahkan.

Batu bata peradaban adalah manusia. Maka manusialah yang harus dibangkitkan dari tidur nyenyaknya. Umat atau bangsa yang besar ini harus dipacu supaya tergugah dari lamunan khayalan kosongnya. Ia harus bergerak kesana-kemari. Jangan sampai lari terbirit-birit karena menahan malu dari pergumulan punggawa.

Tiap individu hanyalah sebongkah kerikil tajam yang tak akan berarti apa-apa jika pergerakan dan percepatannya tidak dalam keriuhan yang ramai di jalan-jalan. Maka harus kita katakan kepada semua bangsa bahwa Nusantara adalah bumi kelahiran kami yang selalu berjaya. Inilah tanah tempat lahirmu sendiri.

Tahukah kalian dengan zaman keemasan Sriwijaya, Majapahit, bahkan Indonesia Raya yang sekarang menjadi baju Nusantara kita hanyalah sebagaian-sebagiannya saja. Bahkan peradaban Atlantis pun ada di bumi kelahiranmu ini. Salakanagara, Tarumanegara, Galuh, Sriwijaya, Majapahit, dan Indonesia Raya berdiri di permukaan bumi Nusantara, di tanah kepulauan Dipantara. Inilah Bumantara negerimu yang harus kau cintai sepenuh hati.

Penggalan–penggalan kejayaan itu dibangkitkan oleh kebajikan nan kearifan dalam istilahnya masing-masing, dalam bahasa sejarahnya. Sriwijaya dengan simbolitas Hindunya, Majapahit dengan Budhanya, Indoinesia Raya dengan Revolusinya. Sedangkan spirit Islam sebagai yang rasional tinggal mendapatkan momentnya. Bukan sekedar ramalan saja bahwa negerimu akan diserahi tongkat estapet peradaban Islam.

Ingatlah Islam Mesir pernah jaya atas serpihan perjalanan Mesir Kuno. Islam Iran berani melawan Amerika karena percaya dirinya mengakar dari serpihan kejayaan Persia kunonya. Islam Andalusia karena perpanjangan dari Romawi kuno. Islam India Mughol karena India kunonya. Dan kini tinggal menunggu waktu, Islam Asia Tenggara maju ke hadapan karena Nusantaranya, karena peradaban Melayunya.

Kita dalah bangsa yang besar. Islam Indonesia punya masa depan.

Begitulah isi kertas dalam amplop yang diberikan pak Tua tadi. Bingunglah bingung aku mencerap apa sebenarnya yang diingini dari diriku ini. Bahkan aku sendiripun tidak tahu apa mau aku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun