Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Chat Rindu 2000

28 Oktober 2021   11:30 Diperbarui: 28 Oktober 2021   11:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image soure: freepik.com

Hari itu tiba, dengan bis Prima dia berangkat pagi itu jam tujuh. Bak seorang pelancong, turis lokal. Mengenakan kaos dan celana kargo dan sendal gunung. Lebih ke anak Mapala daripada turis lokal. Karena belum tentu turis lokal mau naik gunung. Perjalanan ditempuh dalam tiga jam lebih sedikit. Pemandangan hijau sepanjang perjalanan cukup menyenangkan. Entah sudah berapa lama dia tidak pergi. Tidak tapi ini pertamakali dia pergi sendirian. Dan sepertinya bukan hal yang sulit. Hanya butuh sedikit keberanian dan nyali. Sampai di Kota Bandung. Wartel menjadi tujuan selanjutnya untuk mengabari sang gadis ranum dan mekar. Bunga... lebih harum saat di kota kembangnya langsung. Suara di seberang sana terdengar. Kali ini Wawan tidak ragu lagi. Kali ini Bunga langsung yang angkat. Pagi menjelang siang pasti Bunga lagi santai-santainya karena hari Minggu. 

"Bunga ... ini Wawan...". "A Wawan.... Sudah di Bandung ?". "Iya Bunga .... Baru banget sampai nih, Bandung keren ya ternyata. Pertama banget kesini". "Iya atuh Bandung mah keren dong hehe, senang deh A Wawan sudah disini, kapan ke rumah?". Deg .... Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang sepersekian detik saja. Waktu seolah berhenti seperti di pause atau afek slow motion "John Woo" nya The Matrix. Wawan masih saja grogi jika harus ke rumah Bunga. Padahal dia baru saja bertemu. Seharusnya tak perlu dipusingkan. Tawaran yang sangat sopan dan bersahabat ketika diminta untuk mampir ke rumah sebagai tamu. Belum saja menjawab, Bunga melanjutkan kalimat berikutnya."Ga apa-apa atuh A ke rumah saja, Bunga sendirian kok hehe". Seolah mampu membaca pikiran Wawan. Bunga lagi sendiri di rumah. Kedua orang tuanya sedang pergi ke acara perkawinan di Cianjur jadi kemungkinan sore baru sampai lagi di Bandung. 

Seketika kegugupan Wawan pun sirna. "Baik Bunga kalau begitu aku kesana ya". Bye tutup Wawan. Sesaat ia mencoba menyadarkan diri dengan mencubit kedua pipinya. Memastikan bahwa ini bukan mimpi. Ini nyata. Saat ini dia tengah berdiri di atas kaki sendiri. Bibit-bibit dewasa mulai tumbuh. Ada perasaan aneh di dalam dada yang sering disebut cinta itu menjadi hal biasa baginya. Cinta monyet pun dia tak peduli. Toh hanya dia yang merasakan. 

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Bunga. Di daerah yang lumayan agak berbukitan mirip kawasan puncak. Udara masih terasa sejuk walau matahari cerah. 

Hanya membawa ransel ukuran sedang dengan perbekalan dan persalinan seperlunya saja. Wawan sudah berada di depan gerbang kecil rumah Bunga. Sang teteh geulis sudah menunggu di teras rumah. Dan mereka bak sepasang merpati yang lama tidak berjumpa. Padahal ini pertemuan pertama. "wawan , sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Bunga gadis yang berada di depannya. "Bunga" membalas dengan menerima tangan Wawan dengan erat seperti jabat tangan pejabat yang baru bertemu. Senyum Bunga merekah, pipinya memerah bukan ekspresi malu tapi antara malu dan senang. Bunga berkulit putih bersih rambut hitam panjangnya di kuncir kuda. Hidung bangor nya cukup menggoda iman Wawan untuk menahan diri tidak mencoleknya. Baru bertemu dia tidak ingin memberikan kesan aneh dan mesum di depan Bunga. Apakah dia selugu kecantikannya? Entahlah pikiran Wawan menerawang berimajinasi. 

Mereka duduk di kursi teras. Ada dua kursi di batasi dengan meja di tengahnya. Bunga mempersilahkan Wawan duduk. Bunga mengenakan baju kaos pink lengan pendek dan celana olahraga pendek se paha yang menampakkan kaki nya yang mulus dan ada sedikit bekas luka di lutut kanannya. Sepertinya sudah lama. 

Mereka ngobrol seolah sudah lama berkenalan. Kenal lama maksudnya. Obrolan di selingi dengan sesekali tawa bunga yang renyah dan menyenangkan didengar, kalau saja Wawan bawa alat perekam suara mungkin akan direkamnya tawa Bunga. Bisa-bisa dijadikan musik penghantar tidurnya nanti. Chat dari dunia maya lanjut ke dunia nyata itu begitu cepat terasa. Mereka asyik bercerita apa yang akan mereka lakukan setelah lulus SMA, yang mana Wawan sudah merasakannya sehari. 

Bunga masih kelas 2 SMA jurusan IPA, berencana melanjutkan studinya di Bandung juga. ITB menjadi tujuannya. Ya memang tidak ada yang salah dengan pilihannya apalagi kampus prestisius di Indonesia. Wawan menyebutnya "MIT" nya Indonesia. Jurusan yang menjadi incarannya Sains dan Teknologi Farmasi. Memang Biologi, Kimia dan Fisika merupakan pelajaran favorit Bunga. Sampai dia mengatakan itu nafas yang membuatnya tetap hidup sampai saat ini. Wow ! pikir Wawan. Dia tahu apa yang akan dilakukannya dan untuk apa. Jenis perempuan yang berbeda dan langka menurut Wawan. Dia punya visi ke depannya. Ini mungkin "The One" nya Wawan. Terlalu over confident dia. Tak apalah untuk motivasi hidup. Agar hidup tetap hidup. Bagi Wawan Bunga sudah memiliki ke seksian tahap lanjut. Bukan sekedar fisik, tapi pikiran dan cara pandang. Bunga adalah perempuan yang seksi luar dalam. Dipadukan dengan kesederhanaan dia dalam memandang orang lain. Tidak ada penghakiman sedikit pun. Bunga tidak memandang Wawan dari status sosial, latar belakang pendidikan dan keluarga apa pun itu yang banyak perempuan umumnya pikirkan. Dia bahkan bukan bermaksud untuk menikahinya kan? Mereka hanya sepasang remaja yang sedang tumbuh.

Tak terasa sudah sore, Wawan pun pamit untuk kembali ke Jakarta. Baginya sudah cukup bertemu dan bercengkerama dengan Bunga hari itu. Dipandanginya sekali lagi perempuan manis di depannya sebelum berpisah. Tepatnya Wawan yang meninggalkan Bunga untuk pergi dan kembali lagi suatu saat. Ada tatapan tak rela untuk ditinggalkan pada bola mata Bunga. Inikah namanya cinta? Atau sayang? Atau keduanya? Atau nafsu? Entahlah bunga seperti ingin mengatakan sesuatu. Bibirnya perlahan bergerak tetapi kaku. "Bunga , seneng banget kita bisa ketemu dan ngobrol seharian" nanti kapan-kapan kita ketemu lagi ya? E... tiba-tiba Bunga langsung memeluk Wawan. Wawan kaget. "Makasih ya a sudah mau datang, bunga senang banget lho... hehe... pundak Wawan terasa basah. Dia menangis haru. Oh sbegitunya kah? "Aku baru ini lho meluk cowok hehe" sambil melepaskan pelukannya dan wajahnya memerah. "Ak ga apa-apa kok" Wawan juga tersipu malu tapi bahagia. Siapa yang tidak jika dipeluk perempuan yang disukanya. Mereka pun berpisah dengan sebuah kejutan lagi yang Wawan tidak perkirakan. Setelah berjabat tangan. Bunga sedikit menarik tangan Wawan dan kecupan hangat mendarat di pipi kanan Wawan. Tidak berhenti sampai di situ. Dengan sedikit gengsi karena sejak pelukan tadi sepertinya perempuan ini lebih agresif sementara dia pasif. Harus membalikkan keadaan sedikit. Lalu Wawan memegang kedua pipi Bunga dan mengecup bibirnya. Kali ini benar-benar diluar dugaan Bunga. Hanya sepersekian detik adegan itu berlangsung. Setengah detik mungkin entahlah siapa yang menghitung kan. Tanpa berkata-kata Wawan pun pergi meninggalkan Bunga yang masih terlihat shock dalam cara yang baik. Senyum nya semakin merekah dan melambaikan tangannya ke arah Wawan. 

Sampai Wawan menghilang di belokan gang. Jakarta terasa begitu dekat setelah sampai disana. Malam itu Wawan tidur begitu lelap tidak seperti biasanya seolah dia habis menelanValium. Tidur begitu lelap dan dalam dan bermimpi. Mimpi terindah yang pernah dia alami. Beberapa hari, minggu, semester kedepan dia selalu dirindukan. Ada yang merindukannya di ruang chat. Tuhan memberkati internet doa Wawan. Sir Tim Berners Lee pun tersenyum penuh syukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun