Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Chat Rindu 2000

28 Oktober 2021   11:30 Diperbarui: 28 Oktober 2021   11:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image soure: freepik.com

Karena tarif menggunakan internet di warung internet, masih lebih murah daripada telpon interlokal. Setidaknya Wawan sudah tahu dengan siapa dia berbicara, orang yang nantinya entah kapan akan ditemuinya. Setidaknya memang benar dengan lawan jenis.

Sementara anak-anak lain masih belum jelas jika hanya lewat online chat. Harus ditelpon dulu atau tatap muka dulu baru bisa dipastikan siapa yang mereka hadapi di dunia maya. Awalnya Wawan bahkan tidak percaya dengan dunia maya ini. Maklum hal baru masih membuatnya ragu. Istilah maya itu sendiri karena tidak langsung kontak fisik. Tapi lewat media internet. Tapi sekarang setelah dua tahun internet masuk ke kota dan beberapa wilayah di Jakarta. Perspektif Wawan mulai berubah. Baginya dunia yang katanya maya ini sudah nyata. Alasannya ya dari cara komunikasinya itu nyata. Pesan yang tersampaikan itu nyata. Suara di seberang telpon sana juga nyata. Semua nyata baginya.

Entah apa gara-gara telah menemui calon kekasih atau bagaimana. Tapi Wawan semakin yakin dengan apa yang dihadapinya. Se yakin pagi akan menggantikan malam. Tidak ada analogi lain yang bisa mengalahkan itu.

Kalau boleh diibaratkan lagi, Bunga bagi Wawan adalah seperti candu. Walapun dia tidak pernah kecanduan zat aditif apapun dalam hidupnya. Mungkin ini candu yang berasal dari unsur kimia dalam otak. Akibat hormon-hormon Endorfin, Dopamin, dan hormon min-min lainnya menyatu.

Chatting sudah, berlanjut ke telponan. Tinggal satu tahap lagi. Ini adalah final. Yaitu bertemu langsung, kopi darat, tatap muka, atau kencan? Sebutkan saja nama lainnya. Saat momen itu tiba. Entah kapan akan terjadi. Mengingat saat ini adalah bulan-bulan terakhir sekolah. Dua bulan lagi ujian akhir sekolah. Setelah itu, hal pertama yang akan dilakukannya adalah bertemu Bunga. Bukan kuliah apalagi kerja.

Biarkan gejolak darah kawula muda menguasai tubuhnya. Sampai dia tersadar semua telah terjadi. Kalau berakhir dengan manis bukan masalah. Tapi kalau sebaliknya? Entahlah malaikat yang tahu. Siapa yang tahu kecuali siempunya hati dan pikiran. Mendekati ujian akhir semakin jarang Wawan chatting dengan Bunga. Pernah sekali waktu Wawan tidak tahan lagi untuk sekedar ngobrol atau minimal melakukan kontak lewat telpon. Pas yang jawab telponnya kakanya Bunga, lantas Wawan hanya menitipkan salam kepada Bunga. Bunga baru kelas 2 SMA.

Tapi rasa rindu ingin berkomunikasi dengan Bunga masih bisa dia tahan. Demi lulus ujian dengan hasil terbaik. Sehingga dia nantinya memiliki alasan untuk tidak langsung kuliah setelah lulus Sekolah, karena orang tua Wawan berkeyakinan bahwa jika nilai tinggi maka anaknya dapat kuliah kapan saja. Setidaknya itu yang membuat Wawan berhasil meyakinkan Orang tuanya untuk tidak lagi kuatir akan kelanjutan Wawan setelah lulus nanti. 

Cepat atau lambat ujian akan dilalui. Dunia kertas dan pulpen  akan segera berakhir. Tidak sepenuhnya. Namun setidaknya, tidak seperti masa-masa sekolah lalu. Lamunan  Wawan menerobos batas waktu. Seolah dia dapat menerawang masa depan. Bak film sains fiksi. Tergambar dengan jelas visual-visual apa yang akan dilakukan Wawan setelah ujian. Mengunjungi Kota Kembang. Yang ternyata bukan sekedar namanya saja kembang. Kembang yang melebihi kembang itu sendiri. Julukan untuk perempuan yang ada di dalam kota itu. O pantas saja disebut kota kembang. Perempuannya cantik-cantik. Memang tidak sesempurna kembang yang tanpa cela. Menurut salah satu kawan, karena kebiasaan orang Bandung umumnya suka makan lalapan alias sayuran mentah yang baik untuk kesehatan kulit. Makanya perempuan Bandung terlihat kinclong. Begitu ceritanya. Dan Wawan ingin membuktikan dengan datang langsung ke pusatnya. 

Entah kenapa, dan mengapa dia harus mencari dan memilih gadis dari luar kota dan sekolah. Seperti merepotkan diri saja. Tapi disitulah zaman perlahan mulai berubah. Mencari pasangan tidak harus langsung lagi sekarang. Sudah ada teknologi informasi yang mampu menembus batas. Dengan internet kita seperti secara ajaib melakukan perjalanan tanpa berpindah tempat. Virtual Experience. 

Hari ujian pun tiba dan Wawan melewati hari-hari itu dengan tenang dan keyakinan tinggi lulus. Yakin lulus seperti sudah tertulis di kepalanya. Tidak ada ragu sedikitpun. Dan benar saja semua soal di lahapnya dengan bersih. Semua kemampuan kognitif terbaiknya dia salurkan di kertas-kertas jawaban. Dia hanya tidak berpikir mengenai hasil. Tidak ada ambisi atau keinginan untuk menjadi juara kelas apalagi mendapatkan nilai tertinggi SMA se kota. 

Seminggu terasa lama bagi Wawan, dan untungnya semua sudah dilalui. Sekarang dia menyusun rencana ke kota kembang. Dengan berbagai macam kembang-kembang. Ada kembang desa, kembang muda, daun kembang, sampai janda kembang. Gairahnya naik untuk segera menghampiri sang gadis kembang. Dari sekian rencana, ada satu rencana yang dia masih galau memikirkannya. Menginap dimana? Tidak mungkin di rumah Bunga. Tidak mungkin. Wawan harus mencari tempat penginapan untuk semalam. Lalu dia tak terlalu kuatir lagi soal menginap itu. Mode survival sudah di set di otak nya. Dimana saja tidur bisa dilakukan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun