Mohon tunggu...
Ashri Ramadhan
Ashri Ramadhan Mohon Tunggu... Administrasi - Akademisi Pemberdayaan Masyarakat

Seorang Akademisi di bidang Pengembangan Masyarakat Islam, Berusaha untuk terus belajar dan berbagi pengetahuan melalui pengalaman di lapangan dan kontribusi dalam masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Workshop Pengembangan Riset S2 PMI: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

26 November 2024   17:15 Diperbarui: 27 November 2024   12:01 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanggapi hal tersebut, Dr. Tauchid memberikan pandangan kritis tentang pendekatan riset yang masih perlu ditingkatkan. Ia menjelaskan bahwa kemiskinan sering kali disebabkan oleh keterbatasan akses dan kondisi wilayah tertentu yang menjadi penghambat mobilitas ekonomi masyarakat. Salah satu konsep yang diangkat adalah paur mentality, yakni pola pikir di mana individu merasa bergantung pada bantuan sosial (bansos) untuk bertahan hidup.

Dr. Tauchid menjelaskan, "Paur mentality ini menciptakan dinamika sosial yang kompleks. Orang yang tinggal di lingkungan kaya namun memiliki pendapatan menengah sering kali merasa tertekan karena mereka menjadi minoritas di antara masyarakat yang lebih makmur."

Ia juga menambahkan, ada negara-negara yang tidak mengandalkan bantuan sosial secara berlebihan, seperti Hong Kong dan Taiwan. Di negara-negara tersebut, program graduasi yakni transisi individu atau kelompok dari penerima bantuan menjadi mandiri secara ekonomi dijalankan dengan lebih efektif.

Alur Berpikir dalam Penelitian

Diskusi ditutup dengan pertanyaan Adam Hafidz yang mengajukan pertanyaan seputar alur berpikir dalam penelitian. Ia bertanya, "Bagaimana cara menyusun alur pemikiran, khususnya pada bagian introduction maupun hasil dan pembahasan, agar memudahkan dalam mendeskripsikan latar belakang secara efektif?"

Menanggapi pertanyaan tersebut, Dr. Tauchid memberikan panduan praktis berdasarkan pengalamannya dalam menulis dan mempublikasikan artikel ilmiah. Ia menyampaikan pendekatan yang menarik dengan mengibaratkan dirinya sebagai seorang sales. "Saya menganggap diri saya seorang sales, artinya saya harus memastikan bahwa artikel yang saya tulis dapat menarik perhatian pembaca. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjelaskan mengapa artikel tersebut penting untuk diteliti," jelas Dr. Tauchid.

Ia juga menekankan pentingnya membangun argumen yang kuat dalam artikel ilmiah. "Setiap bagian dalam artikel harus memiliki narasi yang jelas dan saling mendukung. Mulai dari introduction yang menjelaskan latar belakang masalah, hingga pembahasan yang menawarkan jawaban atau solusi berdasarkan data yang telah dianalisis," tambahnya.

Penutup

Acara ini memberikan wawasan penting bagi peserta dalam memahami isu-isu sosial-ekonomi yang kompleks dan dinamis di Indonesia. Kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan mahasiswa diharapkan dapat menghasilkan riset yang solutif untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Penulis: Ashri Ramadhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun