Mohon tunggu...
ASHLIHATUL HIDAYATI
ASHLIHATUL HIDAYATI Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Aksara adalah caraku berbicara. Rangkaian kata yang tak mampu terucap, terwakili dalam goresan tinta sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Semesta

20 September 2024   09:22 Diperbarui: 20 September 2024   09:30 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mungkinkah hari ini hari terakhirku?"

"Akankah aku mati dalam perjalanan tak berujung?"

"Atau mungkin, ujung ceritaku adalah bertemu pada Sang Pemilik Cerita?"

Dugghh... 

"Maaf Non, ada lubang tadi saya nggak lihat," ucap pengemudi ojol kepada perempuan yang tengah diantarnya.

"Iya, Pak." Perempuan itu tidak berekspresi lebih, hanya membenaarkan posisi duduknya agar lebih nyaman.

Sepanjang perjalanan pulang, dia tidak menghiraukan hiruk pikuk jalanan sore ini. Tatapannya kosong, sepertinya sedang banyak riuh di kepalanya. Almira, perempuan yang sedang berjuang dengan kehidupannya sendiri. Perempuan tanpa teman kecuali dirinya sendiri. Tidak, dia tidak sebatang kara. Keluarganya utuh, sahabatnya ada. Hanya, ada kekosongan yang tak bisa dijelaskan dan dimengerti banyak orang.

Almira sudah sampai di rumahnya. Sapaan ramah dan hidangan makan malam menyambut kedatangannya hari ini. Makan malam berjalan seperti biasa, diselingi beberapa candaan kecil pemecah keheningan. Tidak ada masalah apapun di antara mereka, tapi seperti ada dinding besar yang menghalangi kedekatan satu sama lain. 

Dialog dini hari

Kepada diriku sendiri

Tak bisa ku tertidur lagi

Melayang pikirku tak pasti

Merebahkan diri dengan mata terpejam meski banyak hal berkeliaran di kepala sudah menjadi rutinitas Almira setiap hari. Alunan lagu hanyalah peralihan isu. Usaha untuk memecah kebisingan dalam hening malam itu sia-sia. Raganya telah letih menjalani hari, sedang jiwanya terbelenggu pada hal-hal yang tak pasti. Ia beranjak dengan sisa tenaga yang ada. Diraihnya pena yang sudah lama tidak menari dalam jemari.

Sudah lama aku tidak menulis tentangmu.

Mengingatmu adalah kesakitan untukku.

Nahasnya, ingatan tentangmu kian hadir membelenggu.

Tidak, aku tidak lagi merindu.

Setiap rasaku, sudah habis untukmu.

Hanya ingatan yang masih mengganggu.

Biar saja waktu membawanya berlalu.

"Belum tidur? Ibu kira Almira sudah tidur tadi," ucap wanita paruh baya di depan pintu.

"Belum." Almira hanya melihat wanita itu sekilas, sembari menyimpan buku dan pena di tangannya.

"Sedang menulis apa, Almira?" ucapnya dengan ramah.

"Bukan apa-apa," jawab Almira singkat.

"Ibu mengerti kalau Almira tidak ingin bercerita sekarang."

"Iya, aku ingin tidur." 

Ibu Almira paham maksud perkataan anak bungsunya itu, ia pun segera keluar dari kamar itu. Pintu kamar sudah tertutup, Almira kembali membuka mata. Embusan napas berat terdengar dengan jelas. "Terlalu banyak hal yang tidak bisa aku ceritakan. Namun, terlalu berat untuk disimpan sendirian. Bagaimana aku harus mengawali cerita yang mungkin tidak bisa diterima, sedangkan untuk hal-hal kecil saja kita jarang berbicara."

Tidak jarang Almira berpikir tentang hari terakhir di dunia ini. Tangannya sudah cukup puas dengan barcode yang hampir tiap malam diciptakan. Kaki dan tangan memar karena pukulannya sendiri. Dinding putih yang lusuh turut menjadi korban sekaligus saksi bisu ketika emosinya meluap. Anak bungsu yang menjadi tumpuan keluarga itu terlalu lelah dengan hal-hal yang membuat pundaknya semakin berat. Badan yang ringkih sudah cukup menjadi sandaran untuk orang-orang di sekitar. Sedangkan dia, hanya punya satu orang untuk bercerita. Seseorang  yang dulu istimewa.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun