Terdiam diantara dedaunan yang layu,
Aku, sebatang kara yang mencinta bersama tanah mengering,
Tak begitu banyak harap yang melangit,
Aku hanya damai berteduh di bawah cemara,
Berharap asmara kita kian mendung,
Agar segera turun hujan; rindu yang belum menyapa temu
Aku tanah, dan kau hujan,
Kita sepasang jarak yang enggan terkoyak,
Aku lebih suka diam, dibungkam dedaunan itu,
Mengakar dalam lorong hati yang paling jauh,
Enggan menggemakan suara-suara,
Aku lebih suka menggelagarkan doa-doa,
Kita sama-sama diam,
Kau bilang ini ialah asmara yang paling tabah,
Andai aku selantang rinduku
Yang berkoar di antara deru ombak,
Mungkin kita menjadi asmara yang paling elok,
Yang merekah di taman bunga kota hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H