Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

"Musibah" Debat Presiden

17 Januari 2019   08:24 Diperbarui: 17 Januari 2019   08:33 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bahwa merindukan nusantara yang sudah musnah dan lumat dalam berbagai zaman adalah bentuk pengkhianatan terhadap leluhur Bangsa Indonesia.

Keinginan menjadi Presiden
Belum tahu arti Presiden di NKRI menjadikan banyak orang yang merasa sudah hebat di negara ini ingin menduduki kursi yang dijaga para setan sakti dan para jin sesat tersebut.
Karena mereka hanya berkaca dari sosok Bung Karno, Pak Harto dan Pak Jokowi.
Ketiganya bisa menjadi tokoh hebat karena sangat berhasil mengguncang dunia.
Bung Karno mampu mengejutkan dunia dengan perjuangan dan keberaniannya menentang kolonialisme.
Pak Harto mampu membuat dunia terpakau dengan caranya menjatuhkan Bung Karno, membasmi orang PKI dan membuat para panglima negeri ini 32 tahun tak bernyali menghadapinya.
Sedang Pak Jokowi mengguncang dunia karena dengan "sederhana" mampu mengawali "zaman baru" bebas mafia untuk Indonesia khususnya dan secara luas merintis "dunia baru" tanpa nekolim, tanpa perang ekonomi.


Bangsa Indonesia saat ini memang harus bersyukur bahwa sudah banyak diantaranya yang sangat layak menjadi pemimpn negeri ini.
Bisa diharapkan bahwa di negeri ini sekarang sudah banyak di antaranya yang benar-benar juga siap hancur lebur terhinakan, dipermalukan sebagai seorang Presiden. Seperti Pak Jokowi.
Mereka pantang ngoyo dan ngotot minta dipilih sebagai Presiden, tetapi siap untuk "Diperintah" Rakyat menjadi Presiden.

Demikian. Terimakasih kepada yang telah membaca tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun