Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerilya Politik Bukan Makar, Kepung Presiden Jokowi

7 September 2018   17:07 Diperbarui: 7 September 2018   17:43 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir seluruh surat kabar di negeri ini setiap hari menyertakan ajaran Soekarnoisme yang diambil dari buku Dibawah Bendera Revolusi, kumpulan tulisan Bung Karno semasa perjuangan sebelum Indonesia merdeka.  Tetapi berita yang dimuat dalam surat kabar harian hanya menyampaikan polemik yang luar biasa tajam yang semakin runcing dan tampak disengaja untuk memperlihatkan kegagalan kepemimpinan Bung Karno. Dan untuk sengaja menjebloskan Bung Karno dalam ruang kekuasaan yang lumpuh.

Pada zaman Bung Karno. beberapa surat kabar yang dibredel Pemerintah melalui lembaga-lembaga yang berwenang. Mungkin karena tulisan-tulisan yang dimuat dipandang bisa membahayakan jalannya revolusi.  

Sedang terhadap teman-teman seperjuangan Bung Karno. Mereka ada yang ditahan bertahun-tahun tanpa proses di pengadilan. Entah atas perintah langsung Bung Karno? Atau atas inisiatif orang-orang berwenang yang mungkin juga sudah merasa kawatir dengan pemikiran-pemikiran cerdas yang mampu mengacaukan kebijakan-kebijakan Bung Karno?

Pemberedelan surat kabar dan penangkapan tokoh-tokoh pejuang tersebut sangat mungkin adalah bentuk-bentuk dari gerilya politik yang juga dilakukan oleh teman atau orang dekat sendiri yang berbeda pendapat dengan sepak terjang Bung Karno. Agar Bung Karno semakin terpojok dengan gaya otoriternya yang semakin tak diaggap?

Gerpol membuat Bung Karno tak berdaya berjuang sendirian

Bung Karno sangat sadar bahwa dirinya sesungguhnya tidak punya kekuatan apa-apa selain kekuatan rakyat yang tanpa disadarinya sudah terikat kuat oleh semua parpol yang ada.

Gerpol membuat semua parpol adalah lembaga-lembaga kekuatan yang nyata dan langsung berinteraksi dan mengakar di jiwa seluruh rakyat. Rakyat pada kenyataannya sudah terbagi-bagi dalam partai politik. 

Waktu itu. Dari yang banyak tertulis di surat kabar Bung Karno agaknya sangat sadar bahwa ada kekuatan-kekuatan politik yang sedang bertarung ingin menjatuhkannya. Dan juga ada yang bertarung ingin mempertahankan kepemimpinannya.

Gagasan Nasakom (Nasionalis agama dan komunis) disuarakan oleh Bung Karno untuk menyatukan rakyat bisa dikatakan mubazir.  Karena setiap parpol, kaum nekolim dan kelompok ekstrim kanan maupun kiri sudah punya kepentingan dan agenda masing-masing atas kekuasaan---NKRI.

Gerpol menjadikan Panglima Tertinggi Angkatan Perang tak berfungsi

Kedudukan sebagai Panglima tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia tidak ada artinya. Karena yang dihadapi Bung Karno bukan musuh dari luar. Yang memusuhi adalah bangsanya sendiri yang belum juga faham bernegara yang berdasar Pancasila. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun