Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Film G30S/PKI, Cerita Nyata tentang Peran Utama Pak Harto yang Heroik?

30 September 2017   17:48 Diperbarui: 30 September 2017   18:31 10204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Sepenggal sejarah kebodohan berbangsa dan bernegara

Menonton film Pengkhianatan G30S/PKI, layaknya kita membaca kembali sepenggal sejarah masa lalu Bangsa Indonesia yang mandi air mata dan berlumuran darah kehilangan banyak nyawa untuk mempertahankan kemerdekaan N.K.R.I. yang berdasar Pancasila.

Tetapi tragis. Pada sepenggal sejarah itu hanya menunjukkan bahwa banyak korban jiwa yang bukan mati karena perang melawan penjajahan atau pun perang saudara.

Banyak yang mati terbunuh oleh mereka yang masih "bodoh" dalam berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini bodoh karena tidak atau belum mengerti tentang negara---Republik Indonesia, yang berdasar negara Pancasila.

Maka ada di antara mereka yang nekad berbuat khianat terhadap bangsanya. Dan melakukan kudeta---G30S/PKI.

Pak Harto lebih hebat dari Bung Karno

Siapa yang khianat dan siapa yang dikhianati tidak jelas. Dalam  film yang luar biasa indah tersebut seolah hanya memperlihatkan sosok Pak Harto jelas memegang peran utama dalam cerita Pengkhianatan G30S/PKI.

Bung Karno berhasil ditampilkan sebagai sosok yang kalah pamor terhadap Pak Harto. Termasuk penampilan para panglima tentara yang terkesan tampak tak berdaya menghadapi seorang Pak Harto yang tampil penuh percaya diri.

Film Pengkhianatan G30S/PKI berhasil dibuat dengan sukses karena direncanakan dengan matang, didukung dengan penelitian yang memadai, banyak saksi dan pelaku yang masih hidup dan tentu saja dikerjakan oleh orang yang tepat.

Naluri Pak Harto sebagai pemimpin yang meguasai medan perang memang jelas tidak perlu diragukan dalam cerita itu.

Namun suatu hal yang wajar jika dalam sebuah "karya pesanan" banyak hal penting yang sengaja tidak disentuh agar tidak mengganggu pesan yang akan disampaikan. Dan wajar pula jika banyak hal tambahan yang ditambahkan untuk lebih mendramatisir suasana.

Masa lalu tidak pernah hilang.

Saat kita "membaca" sejarah masa lalu. Ternyata masa lalu tersebut tidak pernah hilang. Artinya. Masa lalu itu tetap ada pada hari ini. 

Entah pada pagi, siang, sore atau malam hari, saat sepenggal sejarah masa lalu itu "dipersoalkan" kembali dalam pembicaraan atau diskusi. Demikianlah keberadaannya yang disebut dengan masa-masa lalu pada setiap hari di hari-hari berikutnya yang terus berlanjut abadi.

Maka wajar saja jika hari ini masih ada mereka yang merasa terluka dan teraniaya jiwanya di negerinya sendiri gara-gara ada peristiwa G30S/PKI.

Sejak puluhan tahun silam mereka sudah merasa teraniaya, sudah menangis mengemis minta dimengerti, dikasihani, dihargai dan diakui negara bahwa diri mereka tidak bersalah dalam peristiwa G30S/PKI, peristiwa keji yang tidak berperikemanusiaan tersebut. Karena dinyatakan terlibat oleh "negara."

Sampai hari ini. Ratapan mereka seolah tak pernah berhenti walau dadanya selalu sesak oleh nafas kesedihan dan kemarahan seperti menggugat kepada realita yang seperti terus memuja dan menyanyikan kebencian, kemunafikan, kelicikan yang hanya harus dimiliki dan diperlihatkan oleh mereka yang merasa paling berhak mengungkapkannya.

Dan suara mereka---yang dikorbankan sebagai terlibat G30S/PKI, yang hanya bernada minta diperlakukan adil oleh bangsanya selalu disambut dengan makian, hinaan dan cemohan oleh mereka yang merasa mutlak berada di kursi kebenaran bernegara.

Setiap kalimat yang diucapkan segera terdiam membungkam karena teriak mereka yang merasa suci dengan mengepalkan tangan menepuk dada sebagai tokoh yang paling anti PKI.

 

Misteri G30S dan kesaktian Pancasila

Selebihnya harapan mereka mungkin hanyalah kepastian kebenaran sejarah yang dibuat oleh negara siapa pun presiden yang dipercaya rakyat. Mereka menyebutnya dengan pelurusan sejarah?

Agar kebenaran sejarah tidak menjadikan G30S/PKI sebagai misteri sejarah yang dikeramatkan.  Seperti yang dikesankan oleh keberadaan Monumen Kesaktian Pancasila yang menempatkan patung-patung tujuh pahlawan revolusi yang dibantai PKI karena dituduh sebagai dewan jenderal.

Kenapa monumen di Lubang Buaya itu tidak disebut Monumen Pahlawan Revolusi?

Apa ada maksud untuk memberi kesan bahwa Pancasila adalah jimat sakti yang harus diterima dan dipercaya, sejalan dengan yang diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang buatan Pak Harto?

Mengkultuskan pengkhianat

Sangat terkesan bahwa mereka yang menuntut kebenaran sejarah seperti tidak rela bangsa ini mengkultuskan mereka yang diduga berkhianat terhadap bangsa dan negara. Sampai hari ini siapa yang layak disebut pengkhianat jelas hanya yang terlibat G30S/PKI. PKI seolah dipaksakan untuk "dikultuskan" sebagai bahaya laten yang tidak bisa hilang.

Bagaimana dengan mereka yang bersama-sama secara konstitusional menggulingkan Bung Karno? Apakah barangkali mereka justru yang dianggap sangat layak menerima gelar pahlawan?

G30S/PKI adalah trauma berat

Boleh dibilang Bangsa Indonesia mengalami trauma berat akibat peristiwa pengkhianatan G30S/PKI.

Mereka yang terlibat, bertobat dan tidak ingin menurunkan generasi yang berbau PKI.

Mereka juga tidak ingin N.K.R.I. menjadi arena pertarungan politik antar elit politik preman yang bersembunyi---bermarkas, di kantor-kantor parpol. Dengan masih menjadikan "ganyang PKI" sebagai slogan perjuangan berpolitik.

Mereka yang dulu terlibat G30S/PKI hanya butuh diakui bahwa dirinya tidak bersalah meski pernah mendekam dalam penjara. Toh mereka juga tidak iri melihat mereka yang beruntung dengan kesuksesan menumpas G30S/PKI.

Kebangkitan PKI hanya khayalan

Waktu juga menyadarkan seluruh rakyat Indonesia dan masyarakat dunia bahwa PKI memang benar jelas bersalah dalam peristiwa Pengkhianatan G30S/PKI. PKI sudah benar--benar dibubarkan dan dilarang ada di N.K.R.I..

PKI sudah tidak ada. Yang masih ada hanya cerita tentang PKI yang sudah jadi fosil sejarah yang memang pernah ada. Seperti Masyumi dan PSI---Syahrir.

Tetapi akhir-akhir ini. Mungkin karena menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019 maka ramai riuh diteriakkan kebangkitan PKI. Suatu cara yang tidak cerdas menjual diri dengan berprogram yang pro rakyat. 

Mungkinkah teriakan membangkitkan PKI hanya sekadar untuk mengganggu Presiden Jokowi?

PKI sudah jadi fosil sejarah kepartaian di negeri ini. Partai ini tidak bisa bangkit. Zaman sudah berubah. RRC yang komunis tulen sudah jadi negara kapitalis.

Kalau ada pihak yang berteriak tentang kebangkitan PKI? Boleh jadi merekalah yang merencanakan kebangkitan tersebut? Sebab orang PKI sudah tidak ada. Dan yang masih ada hanya mereka yang bangga sebagai pendekar penghujat PKI.

Andaikan PKI yang akan dibangkitkan oleh mereka benar-benar terwujud. Siapa yang sesungguhnya yang dibangkitkan?

Jawabnya. Yang bisa disuruh akting sebagai orang PKI sudah tentu anggota-anggota partai komunis siluman, partai kroni sejati, partai kaum sesat dan partai kaum setan yang diambil dari ormas-ormas yang anti Pancasila.

Sepenggal sejarah tentang "pengkhianatan" bernegara

Sepenggal sejarah yang merekam kejadian Pengkhianatan G30S/PKI yang keji itu bukan pada pemutaran film tersebut, melainkan pada "seluruh" jiwa Bangsa Indonesia yang masih berusaha bisa menerimanya dengan keikhlasan jiwa. "Bangsa Indonesia" seperti menuntut kebenaran sejarah yang tidak pernah menutupi kebenaran itu sendiri.

Film Pengkhianatan G30S/PKI, adalah sebuah karya seni yang berkualitas. Namun isinya dipandang sebagai sangat kontroversial. Tentang kekejaman atau kebiadaban sekelompok manusia? Tentang kebingungan prajurit yang kehilangan jenderal-jenderalnya? Tentang ketidak berdayaan negara mencegah pengkhianatan?

Jangan lupa. Bahwa masih ada juga yang tetap menangisi sejarah itu. Kenapa sejarah harus dibuat demikian keji oleh sang dalang pengkhianatan tersebut. Untuk siapa pengkhianatan dilakukan? Untuk menghilangkan PKI yang kudeta atau untuk menyingkirkan Bung Karno yang dimusuhi nekolim?

Kenapa hanya Pak Harto yang "bertindak?" Kenapa panglima-panglima yang lain tidak? Apa bingung? Apa karena Bung Karno sendiri tersandera oleh sikapnya yang teguh sampai mati tidak menghendaki ada perang saudara?

Lupakan masa lalu?

Memang banyak tokoh bijak yang berkata: "Buat apa kita tetap mengungkit kejadian keji itu. Toh anak-anak orang PKI sudah bisa jadi anggota DPR, jadi pejabat negara? Sudahlah sekarang semua sudah baik-baik saja. Lebih baik kita menatap ke masa depan saja."

Terlalu gampang seruan itu. Apa yang bisa ditatap pada masa depan? Masa depan pun adanya pada hari ini. Dan pada hari ini masih ada sepenggal sejarah masa silam yang menjerat sangat sakit jiwa Bangsa Indonesia.

Maka mutlak jeratan itu bukan harus dilepas atau dibiarkan. Bangsa Indonesia harus menyempurnakan jeratan yang menyakitkan mejadi ikatan yang lebih menyatukan Bangsa Indonesia dalam kebhinnekaan.

Pelurusan sejarah alami

Film Pengkhianatan G30S/PKI buatan Arifin C Noor atas permintaan pemerintahan Pak Harto masih ada pada hari ini.

Film Pengkhianatan G30S/PKI buatan Arifin C Noor. Sudah tentu memuaskan mereka yang mengagumi Pak Harto, hendaknya dilengkapi dengan karya-karya sejenis versi Sukmawati Soekarnoputri, versi keluarga Omardhani, versi ahli sejarah kalau perlu versi NU dan versi Muhammadiah atau lainnya.

Tentu saja dihadirkan film-film dengan tema Pengkhianatan G30S/PKI versi baru dengan harapan mendapatkan pelurusan sejarah secara alami yang berdampak tetap menjaga kerukunan dan keutuhan berbangsa dan bernegara yang abadi.

Peristiwa G30S/PKI bukan hanya masa lalu milik Bangsa Indonesia. Agaknya juga menjadi milik dunia. Karena masih selalu menjadi perhatian dunia.

Bahkan yang di sana, kaum nekolim sendiri tidak menyangka bahwa Soekarno yang luar biasa hebat begitu mudah dijatuhkan dan tanpa perlawanan.

Seluruh dunia dan alam semesta bersaksi. Bahwa ratusan ribu bahkan mungkin sampai jutaan rakyat memang terbunuh mengikuti jiwa tujuh pahlawan revolusi yang dibantai oleh mereka yang mungkin tergolong berdarah dingin?

Film Pengkhianatan G30S/PKI buatan Arifin C Noor ternyata bertahun-tahun ikut terus menyakiti mereka yang terluka jiwanya. Sekarang kita menontonnya pasti bukan hanya sekadar untuk mendapatkan gambaran nyata tentang Pengkhianatan G30S/PKI.

Kita diajak menonton film tersebut sebagai seorang warga negara yang cinta kepada negara dan bangsa. Semoga bisa mendapatkan hikmahnya untuk menatap kehidupan masa depan.

Demikian. Terimakasih kepada yang telah sempat membaca tulisan ini. Diiringi salam bahagia sejahtera bagi kita semua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun