Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saracen, Legal atau Ilegal Mutlak Harus Ditumpas

31 Agustus 2017   08:05 Diperbarui: 31 Agustus 2017   11:06 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yaitu kicauan-kicauan yang senada atau seperti yang diperdengarkan oleh beberapa orang di antara mereka yang duduk sebagai anggota---ketua, depe'er er'i. Misalnya, seperti Fahri Hamzah. Fadly Zon dan beberapa politisi yang lain.

Apa untungnya mencemooh seorang Presiden---Jokowi?  Jawabnya "pasti ada duitnya." Setiap suara yang bernada memusuhi Pak Jokowi sangat mungkin ada hadiahnya yang lumayan. Karena sudah terbukti pada peristiwa demo-demo besar yang menjatuhkan Pak Ahok. Maka ramailah ujaran kebencian didendangkan di medsos dan tayangan-tayangan televisi.

Makin terkenal posisi dan nama seseorang di layar kaca makin mahal dana bayarannya.

Siapa yang mau bayar ujaran kebencian? Jawabnya pasti ada di Saracen.

Semula memang semua ujaran kebencian, hujatan dan serangan  berbau SARA cukup bisa diarahkan habis-habisan hanya kepada Gubernur Ahok. Dengan harapan pasti akan menggoyang Pak Presiden. Tetapi dana yang demikian banyak dihabiskan untuk menggoyang Presiden Jokowi ternyata sia-sia.

Pak Ahok memang bisa dipenjara tetapi sama sekali tidak menjatuhkan nama besar pribadinya sebagai negarawan masa kini dan masa depan untuk N.K.R.I..  Dan kesalahan yang ditimpakan kepada Pak Ahok sama sekali tidak mengurangi kewibawaan dan keperkasaan seorang Jokowi.

Sindikat yang memproduksi ujaran kebencian itu disebutkan menamakan diri Saracen.

Penulis belum melihat atau mendengar secara pasti apa "arti" di balik nama tersebut.  Yang sudah terdengar oleh penulis. Sindikat itu menjual jasa untuk mereka yang butuh menyebarkan hoax, fitnah dan menggunakan isu berbau SARA.  Sangat mungkin guna menyambut pertarungan politik pada pesta demokrasi 2018 dan Pilpres 2019.

Karena isu SARA masih dipandang sangat berhasil menjatuhkan lawan politik seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 tempo hari.

Meski sangat jelas bahwa Pak Ahok sesungguhnya tidak cukup hanya bisa diserang dengan isu SARA saja. Perlu ada kolaborasi ampuh yang sulit ditanggulangi untuk mencegah kekalahan Pak Ahok.

Penulis melihat ada kolaborasi antara para pedagang politik yang berkedok "ahli nujum" kemenangan suara di tepe'es di seluruh pelosok Jakarta. Dan bantuan mahluk-mahluk "tuyul" membawa amplop untuk membeli surga bagi mereka yang beriman, yang rajin menyusup di perkampungan, terutama di rumah-rumah ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun