Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Asal Indonesia Asli?

27 Mei 2017   08:53 Diperbarui: 27 Mei 2017   09:15 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Karakter asli Indonesia asli 

Sungguh patut diteladani sikap yang dilandasi kesadaran yang mendasar sebagai seorang warga negara yang juga menjadi seorang pejabat negara. Sikap yang diperlihatkan Ahok bukan saja hanya kepada bangsanya. Melainkan juga kepada seluruh dunia.

Menurut penulis. Ahok memperlihatkan karakter asli Bangsa Indonesia yang asli Indonesia. Karakter kesatria yang tahu diri. Kepada dunia.

Ada yang menyanggah. Mana bisa dia asli Bangsa Indonesia? Tampangnya saja jelas-jelas "cina?" Asli dari Indonesia yang mana? Maksudnya Indonesia yang orde asli yang lama, orde baru zaman kejayaan Golkar atau orde transisi pasca reformasi '98 yang usai pada Pilpres 2014? 

Perlu disampaikan dan mungkin bisa diakui bahwa rakyat Indonesia asli justru orang-orang “indo” atau orang turunan yang turun menurun dari orang-orang gugusan pulau-pulau atau nusa-nusa atau nesianesos, istilah dalam antropologi dari bahasa latin; dan turunan atau indo orang-orang dari berbagai daratan benua . Terutama dari indo cina, indo belanda, indo prancis, indo portugis, indo jerman, indo india dan ada indo arab; meski lazimnya disebut sebagai orang Indonesia turunan arab.

Di sana. Orang Malaysia sering kali menyebut orang Indonesia dengan sebutan orang “indon.” Tetapi mereka juga mengatakan "kita adalah bangsa serumpun." Tidak terlalu keliru sebutan-sebutan itu karena Bangsa Indonesia adalah memang bangsa turunan termasuk turunan rumpun melayu leluhur bangsa Malaysia.   Bhinneka. Tunggal  Ika  adalah wajah Bangsa Indonesia yang bernegara yang berdasar negara Pancasila.

Orang asli Indonesia, pribumi dan bumiputera

Kalau berbicara tentang rakyat, penduduk dan bangsa terkait dengan kata atau sebutan orang “asli Indonesia” dalam N.K.R.I.  maka sebaiknya harus ada pengertian bersama yang mendasar yang disepakati tentang yang dimaksud dengan sebutan orang “asli Indonesia” tersebut.

Misalnya tentang istilah penduduk. Yang dimaksud penduduk adalah mereka yang menduduki dan tinggal menetap di suatu wilayah N.K.R.I..  Maka yang disebut rakyat adalah seluruh penduduk yang ada di seluruh wilayah N.K.R.I..   Sedang yang disebut sebagai Bangsa Indonesia adalah seluruh rakyat yang beridentitas warga negara N.K.R.I.  sebagai tanda ikut memiliki dan dimiliki N.K.R.I.. 

Menurut pendapat pribadi penulis. Adapun yang disebut orang asli Indonesia adalah mereka yang sejak lahir meneguk air,  menyerap sari-sari bumi dan menghirup udara N.K.R.I.. Dan siapa saja di mana saja yang salah satu orang tua mereka beridentitas sebagai Bangsa Indonesia. Tentu saja pendapat tersebut belum tentu benar. 

Sedang sebutan pribumi atau bumiputera hanya layak dipakai pada zaman penjajahan. Untuk membedakan antara kebangsaan penjajah dengan yang dijajah.

Ini berarti bahwa siapa pun yang masih merasa dirinya sebagai orang pribumi atau bumi putera adalah mereka yang merasa masih sebagai orang jajahan yang dikuasai kaum penjajah.  Dan mereka yang menggunakan istilah pribumi sebagai ujaran hujatan kemarahan adalah mereka yang bermental penjajah yang suka memperbudak orang lain.

Ahok batalkan banding

Jika beberapa waktu lalu dunia gempar dan bereaksi atas vonis hakim yang menjatuhkan hukuman 2 tahun penjara langsung ditahan kepada Ahok. Sekarang dunia pun tercengang melihat Ahok dengan kesadaran jiwanya yang tunduk kepada negaranya. Batalkan banding.

Penulis—mungkin juga ada orang lain, melihat bahwa sosok Ahok bukan tipe orang penakut kepada siapapun.  Mungkin termasuk kepada Tuhan yang dirasakan Mencintai dirinya dan sangat dicintainya dengan segenap hati sanubari. Oleh karena itu Ahok sangat menghormati dan menghargai setiap sosok sesamanya—bangsanya, yang diakuinya pasti senantiasa bersama Tuhan Yang Menghidupkannya. Ahok hanya takut bisa ragu atas KeberadaanNYA.

Bahkan Ahok tidak takut dosa, tetapi pantang berbuat dosa dan pantang menebus dosa dengan mohon pengampunan.  Baginya sekecil apa pun dosa yang diperbuat seseorang harus dipertanggungjawabkan sesuai hukum yang berlaku di dalam negara. Hukum akhirat tidak perlu ditakuti karena hukum kehidupan pasti maha adil. 

Maka orang boleh saja meragukan hukum pengadilan dunia—negara,  karena diterapkan berdasar pasal-pasal ka'uhape, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa dipengaruhi kepentingan hakim sendiri atau yang lain.

Yang dikhawatirkan Ahok ada perselisihan dan perpecahan bangsanya yang bisa menumpahkan  banyak darah, membuang tenaga, waktu dan biaya yang mahal tetapi sia-sia. Karena bernegara disesatkan  dan bisa dikuasai oleh ambisi berkuasa sementara pihak.  Jiwa dan kekuasaan seakan bisa dijual belikan seperti pe'eska.

Ahok tidak banding, bukan takut akan divonis lebih berat di tingkat banding ataupun ditingkat kasasi di em’a.

Baginya dibebaskan atau dihukum lebih berat sama saja. Suasana kisruh seperti sengaja sudah mulai dikobarkan untuk mengalahkan Presiden Jokowi pada Pilpres 2019. 

Yang mengerikan bila ada usaha habis-habisan agar Presiden Jokowi tidak boleh menang  lagi. Artinya, mungkin akan ada pasungan demokrasi dengan segala cara.   Tetapi Ahok pernah mengutip sebuah kalimat bahasa Jawa.  Ada satu pandangan tentang jalan kesempurnaan hidup dari orang Jawa. “Gusti Allah ora sare,”



Ahok dipenjarakan oleh negara.

Sementara ini. Ahok dipenjarakan oleh negara. Terkurung dalam ruang berjeruji besi mati, yang kokoh memaksanya menyucikan diri demi kebenaran mutlak yang mengekangnya.

Tak sembarang sahabat dan teman bisa menjenguk. Kecuali anak, istri dan mereka yang sangat dihormati dan juga Tuhannya yang tidak Berkenan Membiarkannya sendirian.

Ahok dipenjarakan oleh negara. Terkurung dalam ruang berjeruji besi mati yang kokoh memaksanya menyucikan diri demi KesucianNYA mendengarkan ayat-ayat Alkitab yang selalu dibacakan dalam hatinya.

Ahok dipenjarakan oleh negara. Terkurung dalam ruang berjeruji besi mati. Suatu tempat yang jelas dan pasti alamatnya diketahui dunia. 

Di mana Habib Rizieq Shihab?

Sementara ini.  Habib Rizieq Shihab sedang ditunggu atau dicari Polda Jabar. Entah di mana dia adanya. 

Pada hal sudah percuma dunia dan akhirat  ditutupi. Wajah dan tubuh-tubuh sudah telanjang bulat dan nyata tanpa noda kata-kata ayat, sorban dan jubah.

Sementara ini. Habib Rizieq Shihab sedang ditunggu atau dicari Polda Jabar. Tak kunjung hadir.  Mungkin ada di ruang-ruang khusus yang percuma saja bila ditembus.  Di dada-dada mereka yang bersamanya merenungi diri di depan pintu akhir penantian. Menanti kapan pintu "kemerdekaan" dibukakan baginya.

Habib Rizieq Shihab bersama dunia pasti menyaksi Ahok yang sejati.  Gagah nian Ahok masuki pintu di tembok penjara.  Diterangi terang benderang ribuan lilin. Diiringi jeritan hati yang sedih melantunkan doa mereka yang beriman bersama Tuhan Yang Maha Kasih.  "Kami ampuni saudara kami yang tidak mengerti apa yang diperbuat kepada kami. Semoga Kasih Tuhan hilangkan amarahnya."  Sambil berserah diri kepada negara yang memuliakan rakyatnya.

Bangsa Indonesia lebih tahu tentang negaranya.

Dunia memang ikut terperangah dan heran dengan sikap Presiden Jokowi menghadapi rong-rongan politik yang demikian keras  dan terus meningkat. Dan juga atas keberanian BTP—Ahok, mencabut tekad banding yang diajukan.

Dunia internasional harus tahu bahwa dunia sudah berubah. Sejak dulu memang nekolim hanya lebih tahu tentang kekayaan dan kelemahan Bangsa Indonesia.

Tetapi pascaera Presiden EsBeYe. Bangsa Indonesia menunjukkan diri lebih tahu tentang negaranya dari pada yang diketahui dunia Internasional.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa pemenang.” Kata Panglima TNI.

Demikian. Terimakasih kepada yang telah sempat membaca tulisan ini.  Diiringi salam bahagia sejahtera bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun