Indonesia tanah airku Tanah tumpah darahku Di sanalah aku berdiri Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan tanah airku . Marilah kita berseru Indonesia bersatu.
Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya. Merdeka, merdeka. Tanahku, negeriku yang kucinta.
Hiduplah bangsaku. Hiduplah negeriku, rakyatku semuanya. Hiduplah Indonesia Raya.
Bait pertama lagu Indonesia Raya bisa diartikan: Di sanalah aku “akan” berdiri jadi pandu ibuku. Di Indonesia Raya tanah airku, tanah tumpah darahku.
Pertanyannya, di mana kita berdiri saat menyanyikan lagu kebangsaan tersebut?
Jawabnya, sekarang kita memang sudah berdiri di N.K.R.I.. Tetapi belum di Indonesia Raya.
Indonesia yang hari ini bukan Indonesia empat tahun yang lalu. Tetapi hari ini masih tetap Indonesia yang bersatu membangun jiwa dan badan bangsa serta menjaga “menjaga keutuhan” negaranya.
Indonesia yang sekarang. Tanpa disadari dan diniati sedang berjuang terus menyempurnakan kesempurnaan N.K.R.I. sebagai Indonesia Raya yang abadi berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Maka N.K.R.I. , sebaiknya bukan harga yang mati seperti barang dagangan atau sewaan. Melainkan harga mutlak yang pantang diganti demi Indonesia Raya.