Bahwa Bangsa Indonesia mutlak harus berjuang menyempurnakan keberadaan Pancasila adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Dengan menyempurnakan keberadaan Pancasila secara teruji dengan berbagai ilmu yang ada dalam peradaban. Barulah bangsa Indonesia akan bisa memastikan memakai UUD ’45 yang asli secara sempurna.
Jangan sekali-kali ragu dan takut menyempurnakan Pancasila. Apapun wujud kesempurnaan Pancasila, pasti akan menginspirasi Bangsa Indonesia untuk selalu menyempurnakan kesempurnaan Pancasila.
Harus diakui bahwa UUD ’45 yang asli pun belum sempurna. Maka NKRI selalu terombang-ambing oleh gonjang–ganjing politik yang tidak bermutu yang tidak pernah sekali pun membawa perubahan lebih baik. Oleh karena itu UUD ’45 juga perlu diperbaiki atau dikoreksi dengan sempurna berdasar kesempurnaan Pancasila yang sempurna.
Tanggung jawab menyempurnakan Pancasila mungkin akan sangat tepat bila seluruh elemen bangsa terutama para profesor, para pakar, para akademisi, para ulama, para budayawan di negeri ini merasa punya kewajiban bersama untuk berperan menyempurnakan Pancasila.
People power tidak akan mendukung makar
Maraknya isu makar yang terjadi akhir-akhir ini. Menunjukkan bahwa hampir semua pihak yang terlibat, terkesan sangat seperti kanak-kanak. Walau pelakunya rata-rata sudah di atas Jokowi atau Ahok. Mereka juga sudah kenyang dengan asam garam pengalaman berpolitik.
Pengalaman bernegara memberi isyarat. Bahwa makar yang mengandalkan dukungan people power seperti di negara-negara lain atau pun membawa bendera revolusi sosial tidak akan pernah bisa terjadi di NKRI. Karena sejak awal posisi pemerintah sama sekali bukan lawan rakyat yang harus dikalahkan. Pemerintah adalah wadah semua pihak untuk mengabdi kepada rakyat.
Mayoritas rakyat Indonesia tidak suka dan mengharamkan hiruk pikuk menuntut, menghina, menghujat dan menyalahkan orang lain. Kecuali sebagian kecil dari mereka yang menjual jasa dengan ikut meramaikan demo-demo yang "komersil."
Mayoritas rakyat Indonesia lebih suka menyelenggarakan “pesta suka ria” dalam ritual menyukuri kebahagiaan bersama. Dari pada teriak-teriak menyebut nama-nama Tuhan yang disucikan dalam orasi-orasi demonstrasi yang salah kaprah dan salah arah di negeri ini.