Sebuah pertanyaan yang dilontarkan banyak pihak yang tidak mengerti secara pasti jawabannya. Juga sebuah pertanyaan yang mengejar jawaban pasti, yang sangat wajar saja dari setiap warga negara.
Bisa berkarir di militer tidak mudah dan sangat-sangat terhormat. Tak kalah terhormat dengan jabatan gubernur bahkan jabatan presiden sekalipun. Karena semua jabatan hanya bersifat “dipercaya” sementara untuk menerima kekuasaan—kewenangan, yang bertanggung jawab dan langgeng yang serba dibatasi oleh kekuasaan itu sendiri.
Mungkin mereka yang dulu dekat Pak Harto, rata-rata mencoba menerka menjawab tanpa ekspresi untuk bisa memahami langkah Agus HY tersebut.
Bahwa sebaiknya Agus HY memang harus segera keluar dari militer kalau memang mau berjuang jadi presiden NKRI. Seperti cita-cita SBY masa kecil.
Barangkali SBY tanpa sengaja sangat tersadarkan oleh bagaimana gaya sosok Pak Harto yang seorang prajurit bisa berperan sebagai presiden sampai enam kali lebih masa jabatan yang lima tahunan. Dan juga tersadarkan oleh pengalaman SBY pribadi yang bisa mendapat hak sebagai presiden NKRI untuk dua periode.
Barangkali SBY berkesimpulan. Di manapun di dunia ini. Agaknya seorang presiden yang berlatar belakang militer akan sulit meninggalkan naluri keprajuritan yang suka perang. Bahkan seorang presiden yang tak pernah jadi tentara pun bisa bernaluri prajurit yang suka perang.
Barangkali naluri seorang prajurit adalah "segera dapat mengalahkan musuh.”
Naluri segera mengalahkan musuh inilah yang mungkin menjadikan Pak Harto dengan tanpa ampun menghabisi PKI. Pak Harto sebagai presiden tak segan-segan segera menumpas siapa pun yang dianggap musuh. Pak Harto sebagai prajurit tidak mau ambil resiko dengan bertele-tele menghadapi musuh.
Saat ini. Bagaimana sikap SBY sebagai ketua partai politik dengan pengalamannya sebagai mantan prajurit dan duaperiode sebagai presiden?