Dan sebaiknya semuanya berkaca kepada Mega. Menjaga kehormatan diri pribadi sendiri lebih berarti dari pada mengharap penghormatan dari orang lain yang terkadang sarat dengan kepentingan pribadi.
Yusril Ihza Mahendra, tampaknya adalah seorang ahli tatanegara yang tak mudah mengakui kebenaran orang lain.
Dan Rizal Ramli mantan seorang menko kemaritiman yang berani membatalkan reklamasi pulau-pulau dan pantura Jakarta, cukup berpengalaman.
Amien Rais, SBY, Yusril Ihza Mahendra dan Rizal Ramli, hingga hari ini masih baru bisa omong sedang menjalin komunikasi dengan partai-partai koalisi kekeluargaan.
Ciri khas Amien Rais, SBY, Yusril Ihza Mahendra dan Rizal Ramli, kalau bicara tentang Ahok pasti sama miring dan sumbangnya.
Kalau bicara sendiri-sendiri, cetho welo-welo—katakhas Amien Rais, semuanya omong butuh pemimpin yang sopan dan santun, tidak sombong, tidak omong kasar, tidak menantang aparat pemerintah.
Kalau bicara konsep. Amien Rais, SBY, Yusril Ihza Mahendra danRizal Ramli paling-paling mereka hanya bicara tidak akan main gusur-gusuran seperti yang dilakukan Ahok.
Pada hal. Orang Jakarta sudah biasa menghadapi penggusuran.
Demi pembangunan Jakarta sebagai ibu kota negara, Bung Karno harus menggusur warga Senayan untuk membangun kawasan Gelora Bung Karno. Dan juga menggusur perkampungan lain-lainnya untuk membangun jalan by pass dariGrogol, Cawang sampai Tanjung Priok.
Zaman Pak Harto, Bang Ali—gubernur DKI Jakarta menggusur warga Karet Kuningan untuk membangun kawasan perkantoran di sepanjang Jalan Rasuna Said. Dan juga menggusur beberapa perkampungan lain yang membuat warga Jakarta pindah ke pinggiran.
Zaman Bu Mega, menjelang masa baktinya sebagai presiden berakhir. Kawasan-kawasan kumuh dan liar dibongkar. Maka waktu pilpres 2004 wong-wong cilik mungkin banyak yang ngambeg dan Pak SBY yang berdampingan dengan Pak Jusuf Kalla, menang dengan mantap.