REVOLUSI SPIRITUAL
Nunik Wulandari II dan Andi Redani Putribangsa dilaporkan kePolda Sumut karena dianggap menghina Presiden Joko Widodo dan masyarakat Batak. Keduanya mengunggah foto presiden menggunakan pakaian adat batakdi media sosial Facebook yang disertai kata-kata penghinaan.
Laporan tersebut dibuat oleh Lamsiang Sitompul, yang merasa dirinya bagian dari Suku Batak selaku Ketua Aliansi Masyarakat Luat Pahae (AMLP). Tindakan Lamsiang Sitompul patut jadi contoh bagi seluruh bangsaIndonesia. Bagaimana bersikap dengan beretika yang benar sebagai seorang warga negarayang berpancasila.
Lamsiang Sitompul tidak marah-marah dan memaki Nunik WulandariII dan Andi Redani Putribangsa lewat Facebook yang sangat mungkin bisa ikutmengotori medsos dengan kata-kata yang bisa melemahkan persatuan bangsa. Memang Presiden Jokowi tidak mungkin bisa menolak dirinyadicemoh, dihina dan sebagainya.
Sebagai seorang warga negara dari suku dan agama manapun yangmenghormati negaranya, sangat wajar jika sangat marah jika presidennya dihina olehsiapapun.
Presiden Jokowi adalah seorang kepala negara yang dihormatiseluruh dunia. Dan menjadi presiden karena unggul secara sah dan teruji oleh MKdalam pilpres 2014. Siapapun boleh mengkritisi sebuah kebijakan presiden demikesempurnaannya. Tetapi tidak boleh menentang atau menyalahkan.
Mengkritisi pemerintah bisa berupa kalimat-kalimat sindirandalam orasi maupun dalam bentuk karikatur sampai teatris yang bisa mengundang senyum,tawa atau marah bagi yang tersindir dan juga menghadirkan pesan—yang mungkin berbedaatau tidak terpikirkan oleh pemerintah.
Menentang kebijakan pemerintah berarti melawan pemerintah atauberbuat yang berbau makar. Maka dalam hal demikian bila perlu alat negara bisabetindak mengamankan kebijakan pemerintah.
Menyalahkan pemerintah hanya bisa dilakukan jika kebijakan sudahdilaksanakan. Sehingga menimbulkan kerugian bagi pemerintah maupun rakyat.
Pada zaman Presiden SBY. Pernah ada sekelompok masa berunjukrasa dengan berekspresi menuntun kerbau yang ditarik dengan tali yang diikatkandihidungnya bertulis SBY di tubuh kerbau.
Wajar Presiden SBY bisa marah. Tetapi sebagai presiden beliaumungkin bisa marah hanya dalam dada saja. Memerintahkan polisi untuk menangkap pengunjuk rasa pun tak elokdi negara demokrasi. Kecuali unjuk rasa itu melanggar aturan dan ada pihak yangmerasa dirugikan. Apalagi jika sampai berbuatanarkis
Yang paling tepat adalah kalau ada institusi dalam masyarakatyang lapor polisi menuntut si pengunjuk rasa. Seperti yang dilakukan LamsiangSitompul.
Polda Sumut harus merespon laporan Lamsiang Sitompul denganmemanggil Nunik Wulandari II dan Andi Redani Putribangsa. Kedua orang tersebutberpotensi membahayakan persatuan bangsa dan dituduh menghina kepala negara.
Kalau memungkinkan polisi bisa minta menteri kominfo membekukansementara akun Nunik Wulandari II dan Andi Redani Putribangsa.
Bagaimanapun perbuatan menghina itu sama sekali tidak bolehdilakukan. Sebab menghina itu menyatakan bahwa seseorang tidak dihargai samasekali. Padahal di manapun sampah dan limbah saja masih punya harga dan diberitempat khusus yang aman.
Hanya orang-orang yang tidak terdidik dengan baik dan tidak beretikayang suka menghina orang lain.
Para pengajar—guru, para ulama, orang-orang parpol dan parabudayawan punya tanggung jawab membentuk kepribadian sesamanya—bangsanya agartidak menjadi bangsa yang suka menghina.
Bagaimana dengankomentar SBY—Presiden Ke-6 Republik Indonesia, 27 Agustus2016. Tentang kebijakan poros maritim Presiden Jokowi selama ini, yangdikatakan hanya sebatas retorika belaka?
“Without Action, Without Policy, Without actual program to beimplemented,” komennya. Dan komentarnya sudah pasti bukan kritikan.
Siapapun boleh mengomentari kebijakan Presiden Jokowi menurutpendapat masing-masing. Termasuk komentar dari seorang mantan presiden.
Karena hanya sebuah komentar bukan kritikan. Tidak adapengaruh apa-apa bagi kebijakan Presiden Jokowi.
Dari pada buang waktu dengar komentar yang macam-macam dantidak berdasar, Presiden lebih senang menerima pemelihara—peternak, domba Garutyang sehat-sehat, yang datang berduyun-duyun ke istana Bogor. Presiden Jokowi tak mengira bahwa domba Garut bisa berharga sampaipuluhan juta. Maklum domba aduan.
Dengan kelihatan agak tertawa dan sedikit malu-malu PresidenJokowi memperlihatkan kambing dan domba biasa miliknya yang dibiarkan berkeliaran dihalaman istana Bogor yang berharga dari empat ratus ribu sampai yang palingmahal hanya empat jutaan.
Ada kesan bahwa tamu yang berduyun-duyun itu menyampaikanpesan kepada presiden bahwa banyak orang hebat yang kalau mau bisa diadu dombaoleh yang berkepentingan dengan politik. Sungguh halus Presiden Jokowi memberi hiburan politik kepada bangsanyadan dunia.
Demikian dan terima kasih. Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI