Ya, tepat sekali, penduduk saat ini kebingungan. Mereka tidak dapat membedakan mana sosok orang yang sebenarnya atau hanya sosok pencitraan dari orang tersebut? Karena para penduduk kini sibuk berdandan di depan cermin hingga akhirnya dandanan tersebut tak lagi mencerminkan dirinya yang sesungguhnya.
Dandanan yang penuh kepalsuan, cermin tak lagi mencerminkan diri yang sebenarnya, cermin kini hanya sebagai alat pencitraan si pencermin demi meraup keuntungan pribadi dengan rela mengkhianati dan menyakiti orang lain. Akibatnya, banyak terjadi penipuan, penggepalan dan lahir banyak politisi. Lho, kenapa kok politisi?
Ya, karena politisi mungkin satu-satunya sosok yang pandai memakai cermin untuk mencitrakan dirinya, pandai memoles dirinya menjadi penuh dengan kepalsuan untuk meraup kepentingan pribadinya. Entah itu kepopuleran, kekayaan, pengakuan dan lain sebagainya. Mencitrakan dan mencerminkan dirinya kepada orang lain bahwa dirinyalah yang terbaik, namun ternyata itu hanya kepalsuan semata.
Jadi sayang, sebagai penutup kisah ini, tak apa jika kau senang bercermin. Karena toh memang parasmu sangat cantik. Bahkan kalau cermin mempunyai perasaan, ia pasti juga akan jatuh cinta padamu. Namun, jangan kau gunakan cermin hanya untuk sekedar pencitraan semata guna meraup kepentingan pribadimu sendiri. Aku tidak suka itu.
Bercerminlah sewajarnya dan kau jangan lupa sayang, kau itu adalah cerminan dari Dia yang sejati. Maka tak ada alasan untuk aku tidak mencintaimu sayang. Setiap aku melihat dirimu, selalu membuatku j-atuh cinta dan rindu pada diriMu yang sejati. Maka, jadilah sebaik-baiknya cermin wahai kau cermin Ilahi........
 Sekian, selamat tidur.......