Mohon tunggu...
ASFRINA LIOLA
ASFRINA LIOLA Mohon Tunggu... Akuntan - NIM : 55522120023, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

NIM : 55522120023, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2 - Diskursus Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka Pada Auditing Perpajakan

15 Juni 2024   23:14 Diperbarui: 15 Juni 2024   23:16 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
                                       Sumber : Gambar Mandiri I

Untuk memahaminya, kita mesti bertitik tolak dari keyakinan Hegel bahwa: only the Whole is True, Das Wahre ist das Ganze, kebenaran adalah keseluruhan. Untuk sampai ke the Whole ada tahapan, ada momen yang partially true. Namun hanya dalam the Whole tiap tahapan diambil kebenarannya dan dilampaui kesalahannya. The Whole sebagai yang benar tampak dalam pelampauan/pelestarian (overcoming/preserving) momen-momen yang dilewatinya. Kebenaran dengan demikian tampak sebagai suatu dinamika pelampauan/ pelestarian menuju keseluruhan atau totalitas. Hanya dalam totalitas itulah pengetahuan yang sebenarnya terpahami

Logika yang ditawarkan Hegel adalah sebuah logika organis, dan istilah khusus Hegel untuk pelampauan sekaligus pelestarian momen-momen itu adalah Aufhebung (dalam bahasa Inggris kadang diterjemahkan sebagai sublation). Proses Aufhebung menggambarkan karakter realitas yang dinamis, yang motornya adalah negasi (penyangkalan). Meski istilah "tesis---antitesis---anti-antitesis (sintesis)" tidak berasal dari Hegel, skema triadik ini kurang lebih bisa membantu menggambarkan skema negasi yang menjadi roh dialektika Hegelian.

Istilah Tesis                : Sebuah pemikiran diafirmasi, namun setelah direnungkan tampak tidak cukup dan kontradiktif.

Istilah Anti Tesis        : maka muncullah negasi atas afirmasi tadi, yaitu antitesis, yang setelah direnungkan juga terbukti tidak mencukupi.

Istilah Anti-antitesis (atau Sintesis): kemudian di-negasi lagi, dan seterusnya.

Dialektika sebagai suatu proses meliputi tiga tahap. Pertama, disebut tesis. Kedua, disebut antitesis atau negatif. Ketiga, sintesis, yaitu menyatukan atau mendamaikan pada dua tahap sebelumnya. Tesis dapat dikatakan sebuah kebenaran yang disertai oleh metode penelitan dan data yang kongkrit. Adapun, antitesis adalah bantahan atas tesis tersebut. Sementara itu, sintesis merupakan gabungan dari tesis dan antitesis. Awalnya menjelaskan tesis sesuatu lalu disambungkan dengan antitesis dan diakhiri dengan kesimpulan gabungan dari tesis dan anti tesis tersebut.

Dialektika dipahami sebagai gerak penyangkalan dan pembenaran yang saling terkait. Dialektika memandang bahwa sesuatu hanya benar bila dilihat dalam keseluruhan hubungannya. Hegel memakai istilah aufheben yang meliputi di dalamnya sekaligus "menyangkal, menyimpan, dan mengangkat". Dalam proses dialektis, apa yang disangkal (dinegasi) tidak seluruhnya dihancurkan, melainkan hanya disangkal seginya yang salah, sementara seginya yang benar tetap disimpan (dipertahankan) untuk diangkat ke kebenaran lebih tinggi. Dalam proses dialektis ini sebuah pernyataan pertama (tesis) ditanggapi atau disangkal (anti-tesis) sehingga muncul kebenaran lebih tinggi, yang akan disangkal lagi (anti anti-tesis) sehingga muncul kebenaran yang lebih tinggi, dan seterusnya. Dalam dialektika ada proses yang digerakkan oleh negasi (penyangkalan), sehingga polanya bersifat dual (MagnisSuseno 1999, 61-62): tesis-anti tesis, lalu anti tesis--anti antitesis, dan seterusnya.

 

Sumber : Gambar Mandiri II
Sumber : Gambar Mandiri II

Dialektika Hanacaraka

Hanacaraka (baca: honocoroko) merupakan aksara yang digunakan oleh penutur Jawa. Hanacaraka dalam aksara Jawa juga memiliki kesamaan dengan aksara Sunda dan Bali. Aksara Jawa, dikenal juga sebagai Hanacaraka dan Carakan yang merupakan salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa daerah Indonesia lainnya seperti: bahasa Sunda dan bahasa Sasak. Tulisan ini berkerabat dekat dengan aksara Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun