Apa itu Dialetika ?
Dialektika (bahasa Yunani: he dialektike) adalah kata sifat yang dijadikan kata benda, berasal dari kata kerja dialegomai. Kata terakhir diturunkan dari dialego, bentukan kata depan dia (lewat/melalui) dan kata kerja legein (berbicara). Dialektika dekat dengan dialog (salah satu bentuk infinitif lainnya adalah dialegesthai, bercakap-cakap; Cassin 2004a). KBBI mendefinisikan dialektika sebagai "hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara menyelidiki suatu masalah".
Dialektika adalah salah satu konsep penting dalam filsafat. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu dialektikos, yang berarti dialog atau percakapan. Dalam konteks filsafat, dialektika mengacu pada proses pemikiran yang melibatkan dialog atau percakapan antara dua atau lebih ide atau konsep yang berlawanan. Dialektika adalah metode dimana penalaran yang bertujuan untuk memahami hal-hal secara konkret dalam semua gerakan, perubahan, dan interkoneksi kita dengan sisi-sisi yang berlawanan dan saling bertentangan dalam kesatuan. Sebagai tekhne, dialektika diartikan sebagai: a) keterampilan berdialog (dia-logos), dan b) keterampilan berdiskusi melalui tanya-jawab.
Dalam dialektika, ada pembagian peran yang jelas antara penanya (A) dan penjawab (B). Orang yang bertugas bertanya (A) mesti berusaha menolak tesis (pernyataan) yang diajukan si penjawab (B). Sementara tugas B adalah semaksimal mungkin mempertahankan apa yang menjadi tesisnya. Si A, dalam tugasnya bertanya, akan mengajukan hal-hal untuk disepakati dulu, dan bila B menyetujuinya, maka kesepakatan tersebut menjadi premis-premis yang digunakan untuk menolak tesis B. Dalam arti ini, A hanya bisa menolak tesis B berdasarkan premis-premis yang sudah disepakati juga oleh B. Bila atas dasar premis-premis tersebut kemudian ditarik konklusi (kesimpulan) yang menyangkal tesis B, maka dengan sendirinya tesis B terbantah. Bila demikian, tidak ada jalan lain bagi B kecuali menerima kekalahannya (karena tesisnya terbukti salah). Mengapa ia harus menerima kekalahan? Karena B telah memberi persetujuannya pada tahap-tahap yang menjadi proses penolakan tersebut (yaitu ketika B menyepakati usulan yang menjadi premis bersama).
Bagaimana Dialektika dari Hegel dan Hanacaraka ?
Dialektika Hegel: Gerak Pikiran
KBBI (2001) dalam penjelasannya tentang dialektika menyebutkan bahwa istilah ini merupakan "ajaran Hegel yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam semesta itu terjadi dari hasil pertentangan antara dua hal dan yang menimbulkan hal lain lagi".
Bagi G. W. F. Hegel (1770-1831), dialektika menggambarkan cara bekerja pikiran, yang bila mengikuti aturan bekerjanya, pikiran itu sesuai dengan proses perkembangan realitas itu sendiri. Dialektika menggambarkan bagaimana pikiran sampai pada pengakuan bahwa apa yang tampaknya dalam realitas bersifat kontradiktif sebenarnya menyatu, dan bagaimana pikiran menemukan prinsip kesatuan tersebut. Dalam arti sangat luas, dialektika bagi Hegel menggambarkan arus berjalannya pikiran, momen-momen dalam pikiran, di mana pikiran berjalan terus untuk akhirnya mencapai kategori kesatuan yang selalu lebih tinggi dari sebelumnya.
Pikiran manusia bergerak, ia melakukan refleksi diri, artinya, ia menghadirkan bagi dirinya sendiri dalam sebuah identitas yang berbeda. Gerak pikiran adalah arus identitas diri yang muncul berkat pembedaan diri dalam apa yang disebut refleksi diri. Bila pikiran sama dengan realitas, maka gerak perkembangan realitas juga seperti itu: konstitusi diri mengandaikan pembedaan dari diri. Segala apa yang ada hanya ada karena meliputi tiga momen: 1) identitas dengan dirinya sendiri, 2) perbedaan dengan dirinya sendiri, dan 3) kesatuan dari identitas dan perbedaan tersebut (Bourgeois 1998, 12-13).
Dalam filsafat kita mengenal "prinsip identitas", artinya, saat berpikir kita mesti bertitik pijak pada logika dasar: "A adalah A, atau dengan kata lain, A bukanlah non-A". Dengan dialektikanya, Hegel menawarkan logika yang sama sekali lain: "sebuah A hanyalah A berkat kesatuan antara A dan non-A". Kesatuan ini bisa dijabarkan dalam tiga momen berbeda. Dalam momen pertama, sebuah A tentu saja dikatakan A sejauh ia identik dengan dirinya sendiri (in itself). Maka kita terbiasa mengatakan A adalah A. Dan dengan mengatakan itu, Verstand (nalar) me-negasi (menyangkal) segala yang lainnya, A bukan B, bukan C, dst. Itulah momen kedua saat identitas A diteguhan lewat pembedaannya dari B dan C. Di sini Verstand menyatakan bahwa identitas A dikenali berkat negasinya atas apa yang bukan A, yang non-A (for itself). Momen ketiga adalah saat menyadari bahwa identitas A pada jati dirinya memang terdiri dari kesatuan antara A dan non-A tersebut. A menjadi A karena identitasnya meliputi A itu sendiri dan segala yang bukan A yang dinegasi. Identitas konkret A adalah sebuah keseluruhan (in and for itself). Identitas sebagai hasil gabungan "identitas dan perbedaan" inilah yang disebut totalitas (Keseluruhan). Konsep (Conceptio, Begriff) universal A yang konkret muncul berkat gerakan con-crescere (concretum, tumbuh bersama) dari gerak negasi (momen kedua) dan negasi atas negasi (momen ketiga).