Di balik tirai itu, kau lihat sorot swastamita yang menganga
Lorong garizah yang tak dapat ditembus dengan waras logika
Meremang dalam abhati yang terpancar arunika
Duhai pecinta, sejak kapan pintu hati itu terbuka?
Oleh dirinya yang membuat kau mati tergila-gila dalam lautan eunoia
Terseok-seok jalanmu tersipu malu
Kecamuk gelora yang membuncah cerita kudengar selalu dari bibirmu itu
Berharap dia akan datang menjemputmu dan menghentikan laju candu
Meskipun kau tau hatinya sedingin beku
Pilu
Kau tetap saja menjadi perindu yang haus akan temu
Menunggu...
Indah memang,
Membayang dua insan yang meramu dalam lembah euforian
Beradu kebahagiaan di tepian derasnya bengawan
Bersua dalam manisnya minuman dalam cawan
Dia, sungguh kau tawan dalam ruang kosong perasaan
Walau ku tau kau hanya sebagai batu loncatan kesepian
.....
Kau datang tiba-tiba
Dengan roman yang berbeda dan air mata
Kecewa yang bermuara pada dinding lakuna yang merobohkan asa
Kau berkata, dia sebatas fatamorgana
Yang memperlakukan sama terhadap semua wanita dengan rentetan kalimat percaya.
Â
Blitar, 17 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H