Usaha  batik  tulis  Widiarsih pada  waktu  itu telah  menjadi  perusahaan  terbesar  di kampung  Jetis  sekaligus  banyak yang  mengakui kalau bisnisnya  menjadi  bisnis  batik  tertua  di  Kampung  Batik Jetis  Sidoarjo.
Pada tahun  1970-an,  para  mantan pekerja Widiarsih  akhirnya  memberanikan  diri  untuk  membuat serta  membuka  usaha  rumahan  batik tulis  sendiri,  yang akhirnya  menjadi  usaha  rumahan  masyarakat  rumahan batik  Jetis tulis ini. Â
Dari sinilah usaha batik mulai menjadi  usaha rumahan masyarakat  Jetis.  Pada  akhirnya usaha tersebut kemudian menjadi mata  pencaharian utama masyarakat  Jetis  selama  bertahun-  tahun  hingga sekarang.
Batik Jetis memang  telah ada sejak tahun 1675. Batik  tersebut  dibawa oleh Mbah  Mulyadi, keturunan Raja Kediri. Namun perkembangan usaha batik tulis Jetis baru  nampak pada tahun 1950-an.Â
Menurut keterangan salah satu narasumber yang ditemui  oleh  peneliti mengatakan bahwa sejarah awal pembuatan batik di Desa Jetis dilakukan  secara turun temurun dari keluarga. Ibu tutik, mengatakan:"Pada tahun 1956  perusahaan batik Ny. Wida sudah  resmi  berdiri  dan banyak  masyarakat  Jetis  pada waktu itu masih bekerja di tempat tersebut.
Kata ibu saya, memang  benar  pada  tahun  1956  perusahaan  batik  milik Ny.  Wida  merupakan  perusahaan  batik  yang  produksi batiknya ramai  dicari  oleh  konsumen,".Â
Nama Widiarsih  atau  yang  akrab  dipanggil  Ny.  Wida  cukup terkenal  di  kalangan  masyarakat  Jetis kala  itu. Wanita tersebut   pemilik perusahaan batik tulis terbesar. Keberadaan perusahaan batik di tahun 1950-an dibenarkan oleh H. M. Nur Wahyudi, pengusaha sekaligus pengrajin "Batik Azizah".
"Dulu sekitar tahun 1955 orang tua saya jadi buruh batik dulu "sebelum  akhirnya  buat  batik  sendiri.  Karena pada  saat  itu  buruh  batik merupakan  pekerjaan  utama sebagian besar masyarakat Desa Jetis," cerita pria yang biasa  dipanggil  Pak  Haji  atau  abah  tersebut.Â
Baca juga : Keberadaan Budaya Batik di Mata Dunia
Saat itu pembeli batik tulis Jetis kebanyakan pedagang dari Madura  yang  senang dengan warna batik mencolok. Kebetulan pada saat itu ada motif yang mencolok yaitu motif ijon-ijonan (krubutan), kalau sekarang lebih dikenal dengan dengan motif bayem.
Pedagang-pedagang tersebut kemudian menjualnya ke pulau Madura Usaha batik pun mulai berkembang sekitar tahun 1970-an. Berbekal keahlian yang mereka dapatkan sebelumnya, orang-orang Jetis pekerja Ny. Wida mulai membuka usaha batik mereka sendiri. Dari  sinilah  usaha batik  mulai  menjadi usaha rumahan masyarakat Jetis.Â