[caption caption="Ubi-ubian / Dok. anekakeripikmalang.com"][/caption]
Oleh Asep Sumpena - No. 10
Suatu pagi di warung kopi.
“Kamu ini tampang ndeso, namun makanannya impor melulu, Din.”
“Lha, makanan impor apa? Wong aku makan bakwan sama mendoan aja, Mas.”
“Nah itu, mendoan itu terbuat dari tempe dan terigu, semuanya impor lho”
“Wah apa iya, Mas?”
“Memang tempe itu makanan asli bangsa kita, namun kedele untuk bahan tempe sebagian besar diimpor dari luar negeri…”
“Terigu juga?”
“Udin, Udin. Terigu malah hampir semuanya diimpor, karena tanaman gandum tidak cocok ditanam di negeri kita.”
“Ya sudah aku nanti makan bakwan saja!”
“Bakwan juga dari terigu, Din. Hehe…”
“Waduh! Terus apa yang bisa kita lakukan, Mas?”
“Untuk menyelesaikan masalah ini memang perlu campur tangan pemerintah. Namun kita sebagai petani dan penikmat hasil pertanian bisa mengambil bagian untuk mengubahnya”
“Caranya?”
“Sawah dan ladangmu sekarang ditanam apa, Din?”
“Hehe…Sawah ya padi Mas. Namun di ladang, ditanami singkong”
“Nah itu masalahnya. Di pematang sawahmu mengapa tidak ditanam kedele? Bahkan dari singkong dengan pengolahan sederhana bisa dibuat tepung sebagai pengganti terigu lho”
“Ohya!?”
“Nanti saya tunjukkan caranya. Kita bisa mencontoh kearifan lokal dari masayarakat kampung Cireundeu. Mereka telah mandiri pangan sejak ratusan tahun yang lalu, Din!”
Mata Udin berbinar, ada terang dan harapan dalam benak dan angannya. Pencerahan akan kemandirian pangan.
-ooOoo-
NB :
- Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan dan Hasil Karya Peserta Event Fiksi Aku Punya Impian di Kompasiana
- Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H