“Iiiy, batu hantu…!” Seru kami serempak sambil meninggalkan tempat itu.
Namun besoknya, kami datang kembali dan Ayut dengan sigap menggeser batu tersebut dan masih terdengar suara.
“…Thuu aphaa inhii…”
Saat lusanya Ayut ikut ke pasar Kadungora, di pinggir jalan almarhum terserempet bis jurusan Bandung - Garut dan tewas seketika. Sejak kejadian itu saya dan Dadang seperti sepakat bahwa batu hantu membawa petaka, dan kami tidak pernah mendatanginya lagi.
***
Hingga saat ini di penghujung tahun 2014, tiga puluh empat tahun kemudian Dadang mengingatkan lagi tentang batu hantu di sela tembok makam Eyang Bagus Kampung Kaler di kaki Gunung Haruman. Ku balas pesan Dadang di facebook,
“Kang Dadang, kebetulan bulan depan saya mau pulang kampung ke Garut. Apa kita mau menemui”nya”…? Masih ada nggak batu itu ya?” “Wah bagus sekali, Kang. Sudah konfirm bahwa makam Eyang Bagus masih ada dan utuh, semoga batu itu masih ada juga. Kami berencana menyimpannya di Musium Sri Baduga Maharaja”
***
Suatu pagi awal September 2014, saya, Dadang dan dua staf musium sudah ada di seputaran makam Eyang Bagus. Makam masih nampak seperti puluhan tahun yang lampau, namun jalan sudah memakai cone-block dan temboknya sudah direnovasi. Kami melihat ke sekeliling Gunung Haruman yang kokoh, sawah yang menghijau, beberapa perdu berbunga dikelilingi kupu-kupu.
Namun ketika pandangan diarahkan kembali ke komplek makam nampak rumput tinggi dan pohon-pohon kiara berjanggut yang sudah berusia ratusan tahun menebarkan aroma angker. Kami turun ke sawah yang berbatasan dengan tembok, namun harus kecewa karena tembok yang di sini sama sekali baru dan diplester halus, sudah tidak ada lagi sisa-sisa batu hantu itu.
Staf musium mengeluarkan beberapa peralatan arkeologi, lalu melakukan sampling dan pengukuran. Mereka menyimpulkan bahwa di sawah pinggir makam tadi, beberapa meter di kedalamannya diduga ada wujud benda besar dan padat.
Setelah melalui perundingan yang alot bersama penduduk sekitar dan aparat desa, esok paginya tim kami bersama beberapa peneliti tambahan dari LIPI Bandung mendatangi sawah itu serta membawa peralatan yang lebih banyak untuk melakukan penggalian. Sekitar tujuh meter di bawah permukaan tanah petugas menemukan bongkahan batu padat yang saat diketuk mengeluarkan gaung, diduga bagian dalamnya kosong.