Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Curhat Asyik dengan AI yang Bisa Membaca Mikroekspresi dan Gesture

30 Desember 2024   16:13 Diperbarui: 30 Desember 2024   16:41 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Revolusi AI Multimodal yang Berempati: Dari Mikro Ekspresi ke Superkomputer Kuantum

Pendahuluan

Revolusi teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan mesin, dan salah satu terobosan terpenting adalah pengembangan AI multimodal, yang mampu mengintegrasikan dan memahami data dari berbagai modalitas seperti teks, suara, gambar, dan bahkan gerakan tubuh. Menurut laporan McKinsey, sekitar 70% organisasi global mengadopsi AI dalam operasional mereka pada tahun 2023, dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 80% pada tahun 2025, dengan aplikasi yang semakin beragam, termasuk dalam bidang kesehatan, pelayanan pelanggan, dan pendidikan. Dalam banyak aplikasi, AI kini tidak hanya bertindak sebagai alat analitis, tetapi juga sebagai mitra emosional yang dapat merespons dan memahami perasaan manusia. Hal ini menandai kemajuan besar dalam upaya menciptakan AI yang empatik, suatu sistem yang mampu mendalami dimensi emosional dan psikologis manusia, seperti yang dijelaskan oleh penelitian oleh Picard (1997) dalam bukunya Affective Computing, yang menyatakan bahwa emosi adalah bagian integral dari interaksi manusia dan harus menjadi komponen utama dalam AI untuk meningkatkan efektivitasnya.

Keberadaan AI yang mampu memahami dan merespons emosi manusia, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal, sangat penting dalam meningkatkan pengalaman pengguna di berbagai bidang. Dalam konteks ini, AI empathetic atau AI yang berempati menjadi sangat penting. Sebuah studi oleh Gartner (2022) menunjukkan bahwa 60% dari interaksi pelanggan di sektor layanan kini melibatkan sistem berbasis AI, dan sekitar 30% dari interaksi ini diperkirakan akan semakin menuntut respons yang lebih emosional dan adaptif. Dari chatbot dalam layanan pelanggan hingga aplikasi terapi berbasis AI yang membantu individu mengatasi tantangan emosional, AI tidak hanya berfungsi sebagai alat fungsional, tetapi juga sebagai mitra emosional dalam mendukung kesejahteraan mental.

Pentingnya pemahaman emosi dalam AI juga dipertajam dengan meningkatnya kebutuhan untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi oleh manusia dalam dunia digital, seperti isolasi sosial dan tekanan psikologis akibat perkembangan teknologi yang cepat. Dalam hal ini, teori Social Presence oleh Short, Williams, dan Christie (1976) menyatakan bahwa keberadaan sosial dalam komunikasi berperan besar dalam membentuk pengalaman interpersonal, termasuk melalui interaksi dengan teknologi. Oleh karena itu, bagi AI untuk berfungsi sebagai mitra emosional yang efektif, ia harus mampu menafsirkan emosi manusia dengan akurasi tinggi, dan ini memerlukan pengolahan multimodal yang menggabungkan input dari berbagai sumber, teks, suara, dan gambar.

Namun, perjalanan menuju AI yang sepenuhnya empatik tidak bebas dari tantangan. Data besar yang digunakan untuk melatih sistem AI multimodal seringkali sangat kompleks dan ambigu. Misalnya, analisis sentimen berbasis teks, meskipun sangat canggih, masih menghadapi tantangan dalam memahami konteks emosi yang lebih halus, seperti ironi atau sindiran. Selain itu, teknologi pengenalan suara dan mikro ekspresi wajah, yang digunakan untuk memahami emosi manusia melalui intonasi suara atau perubahan halus pada ekspresi wajah, masih dalam tahap perkembangan yang memerlukan peningkatan akurasi dan efisiensi. Sebuah laporan oleh Stanford University (2021) menunjukkan bahwa meskipun teknologi pengenalan wajah telah mencapai akurasi 99% dalam kondisi ideal, tingkat kesalahan yang terjadi dalam kondisi nyata masih cukup tinggi.

Selain tantangan teknis, penggunaan AI untuk memahami emosi manusia juga menimbulkan masalah etis dan privasi yang signifikan. Pengumpulan data sensitif seperti suara, ekspresi wajah, dan perilaku individu bisa disalahgunakan untuk manipulasi psikologis atau pengawasan yang berlebihan, sebagaimana diperingatkan oleh The European Union's General Data Protection Regulation (GDPR).

Melihat tren masa depan, pengembangan AI multimodal yang lebih canggih diperkirakan akan mengarah pada integrasi dengan teknologi-teknologi futuristik, seperti komputasi kuantum dan energi fusi nuklir, yang dapat mempercepat pemrosesan data dalam skala besar dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi. Seiring dengan semakin berkembangnya aplikasi di bidang kesehatan mental, robotik sosial, dan analisis risiko, AI diperkirakan akan semakin mampu memberikan respons yang lebih empatik dan tepat sesuai dengan kebutuhan emosional pengguna, sejalan dengan proyeksi bahwa pasar global untuk aplikasi AI dalam kesehatan mental akan mencapai $3,3 miliar pada tahun 2028 (Grand View Research, 2023).

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek dari revolusi AI multimodal, kemajuan terkini dalam teknologi ini, tantangan yang dihadapi, serta aplikasinya di masa depan yang dapat memanfaatkan teknologi kuantum dan energi fusi untuk menciptakan AI yang lebih empatik dan efisien.

Kemajuan Terkini dalam AI Multimodal

Kemajuan dalam AI multimodal, yang memadukan analisis teks, suara, gambar, dan data fisiologis untuk memahami dan merespons perasaan manusia, telah mengalami peningkatan yang pesat dalam dekade terakhir. Pengembangan teknologi ini memungkinkan AI untuk lebih dari sekadar memproses informasi; AI kini dapat menginterpretasikan dan merespons dimensi emosional manusia secara lebih akurat. Menurut laporan PwC (2023), lebih dari 60% perusahaan di seluruh dunia yang mengadopsi AI saat ini menggunakan sistem multimodal untuk berbagai aplikasi, dari layanan pelanggan hingga perawatan kesehatan, yang mencerminkan betapa pentingnya pemahaman emosional dalam interaksi manusia-mesin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun