Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran dari Masyarakat Sunda untuk Dunia Barat

28 Desember 2024   17:30 Diperbarui: 28 Desember 2024   13:39 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Harmoni dalam Keberagaman: Pelajaran dari Masyarakat Sunda untuk Dunia Barat

Pendahuluan

Pernahkah kamu membayangkan dunia yang berbeda, di mana semua orang hidup dalam harmoni, tidak tergesa-gesa, dan penuh tawa meski dunia luar penuh dengan ketegangan? Bayangkan sejenak, sebuah tempat di mana ketenangan lebih dihargai daripada pencapaian pribadi, dan di mana kesopanan lebih penting daripada status sosial. Itulah Indonesia, lebih tepatnya, masyarakat Sunda yang kaya akan tradisi dan nilai luhur yang sering kali terlupakan di tengah modernitas dunia Barat.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan Barat yang terobsesi dengan kecepatan dan efisiensi, masyarakat Sunda hidup dengan cara yang seakan bertolak belakang. Mereka mengajarkan kita tentang pentingnya saling menghormati, menjaga keseimbangan dalam hidup, dan berusaha menciptakan kedamaian dalam setiap tindakan. Di mana Barat sering kali mengukur keberhasilan dengan angka dan pencapaian, masyarakat Sunda lebih menekankan pada kualitas hubungan antar individu, kesejahteraan bersama, dan keharmonisan dalam berinteraksi.

Di sebuah desa kecil di Jawa Barat, seorang ibu Sunda menyambut tamu dengan senyuman lebar. Tidak ada rasa terburu-buru, hanya ketulusan dalam setiap kata yang terucap. "Sunda itu tidak hanya tentang adat, tapi juga tentang cara kita hidup bersama," kata ibu itu, saat kami duduk di beranda rumahnya yang sederhana namun terasa begitu penuh makna. Di sinilah, di dunia yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar, konsep silih asih, silih asah, dan silih asuh mengalir seperti udara segar. Mereka percaya bahwa hidup itu bukan soal diri sendiri, tetapi tentang bagaimana kita memberi dan menerima dalam komunitas. Setiap senyum adalah hadiah, dan setiap langkah adalah kesempatan untuk menyebarkan kebaikan.

Ini berbeda jauh dengan bagaimana dunia Barat melihat hidup. Di sana, individualisme adalah pahlawan, dan kesuksesan pribadi adalah tujuan utama. Ambisi dan keinginan untuk meraih lebih sering kali membuat mereka lupa bahwa kehidupan bukan hanya tentang apa yang kita capai, tetapi bagaimana kita mencapainya bersama orang lain. Seperti halnya di Amerika Serikat atau Eropa, kehidupan sering kali menjadi ajang balapan. Semua orang mengejar yang terbaik, tapi seringkali mengorbankan hubungan yang sebenarnya lebih penting daripada segala pencapaian material. Dan di sinilah, kita bisa belajar dari masyarakat Sunda, yang mengutamakan keseimbangan, antara kerja dan istirahat, antara memberikan dan menerima, antara dunia nyata dan dunia batin.

Sama seperti cara mereka merawat tanah dan alam, masyarakat Sunda juga mengajarkan kita untuk merawat hubungan antar sesama. Di sebuah ruang tamu rumah tradisional Sunda, kamu akan mendapati dua orang yang duduk berdampingan dengan penuh rasa hormat, berbicara tentang kehidupan dengan suara yang lembut, saling mendengarkan, tanpa saling memaksakan pendapat. Mereka tidak hanya berbicara untuk didengar, tetapi berbicara untuk dipahami. Tata krama adalah segalanya. Dalam dunia yang terkadang tidak peduli akan tata krama, masyarakat Sunda tetap berpegang teguh pada prinsip ini, bahkan di tengah perbedaan yang ada.

Namun, harmoni ini tidak hanya tercipta dengan sendirinya. Ia lahir dari proses panjang yang melibatkan rasa tanggung jawab bersama. Di sini, masyarakat Sunda menunjukkan bahwa hidup bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga tentang membangun dan mempertahankan kedamaian sosial. Mereka tahu betul, tanpa kedamaian, hidup akan terasa hampa, dan tanpa kerjasama, segala pencapaian akan terasa kosong.

Jadi, dalam dunia yang penuh dengan kekhawatiran akan masa depan, mungkin sudah saatnya kita menengok sejenak ke arah budaya yang lebih mengutamakan keharmonisan, seperti yang diajarkan oleh masyarakat Sunda. Apakah kita terlalu sibuk dengan pengejaran pribadi sehingga kita lupa bahwa hidup ini harus dijalani bersama? Mungkin inilah saatnya bagi dunia Barat untuk belajar dari Sunda, bahwa keberagaman tidak perlu menjadi sumber perpecahan, tetapi justru bisa menjadi kekuatan untuk mencapai harmoni yang lebih dalam.

Di sinilah letak ironi terbesar, meskipun banyak negara Barat yang mengklaim diri mereka sebagai pelopor kemajuan sosial dan pembangunan, masyarakat Sunda, dengan segala kesederhanaannya, mungkin memiliki sesuatu yang lebih penting untuk diajarkan, tentang bagaimana hidup dengan penuh makna, dalam perdamaian, dan dengan penuh rasa saling menghormati. Dan mungkin, dunia Barat, yang terbiasa dengan kehidupan serba cepat dan penuh tekanan, bisa sedikit belajar untuk memperlambat langkah, mendengarkan lebih banyak, dan menjaga keharmonisan dengan orang lain, seperti yang telah diajarkan oleh masyarakat Sunda sejak zaman dahulu kala.

Nilai-Nilai Inti Masyarakat Sunda yang Menginspirasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun