Homo Deus dan Homo Nexus mungkin menawarkan kemajuan teknologi yang menggoda, namun mereka juga memperlihatkan jalan yang tak berujung dan penuh kehampaan. Sebaliknya, ajaran filsafat Sunda mengajak kita untuk menjaga keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan, agar kita tidak kehilangan kemanusiaan kita sendiri dalam pengejaran tanpa henti terhadap keabadian dan kekuasaan yang tidak sejati.
Jika kita merujuk pada AQAL, kita dapat melihat bahwa untuk mencapai harmoni yang lebih besar, kita tidak hanya harus mengembangkan aspek teknologi (kuadran kanan atas), tetapi juga perlu memperhatikan kesadaran batin dan hubungan sosial (kuadran kiri atas dan kiri bawah), serta struktur sosial dan ekologis (kuadran kanan bawah). Dengan demikian, teknologi dan kemajuan manusia harus diseimbangkan dengan nilai-nilai sosial dan kesadaran spiritual, sebagaimana diajarkan oleh filsafat Rahayu Jagad Alit Jagad Gede.
Clyodynamics yang diajukan oleh Peter Turchin juga memberikan perspektif menarik mengenai siklus peradaban dalam konteks harmoni dan keseimbangan kosmik. Turchin menunjukkan bahwa ketegangan sosial, ketidaksetaraan, dan perubahan lingkungan memainkan peran besar dalam perkembangan peradaban. Dalam konteks ini, kita bisa melihat bahwa krisis yang kita alami saat ini mungkin merupakan bagian dari siklus yang lebih besar, yang mengajarkan kita bahwa peradaban harus mengatasi ketegangan-ketegangan tersebut untuk menciptakan keseimbangan. Prinsip Rahayu Jagad Alit Jagad Gede dapat membantu kita memahami bahwa untuk menjaga keseimbangan semesta, kita harus mulai dengan keseimbangan dalam diri kita sendiri, serta menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan dan sesama.
Hal ini diperkuat dengan konteks yang disebutkan dalam QS. Al Waqiah: 58-75, yang mengajarkan tentang ketahanan dan keseimbangan dalam menghadapi ujian kehidupan. Ayat-ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya ketahanan demografi, ketahanan pangan, ketahanan air, ketahanan energi, ketahanan ekologi, dan ketahanan teknologi. Semua hal ini berbicara tentang bagaimana kita harus merawat bumi dan menjaga keseimbangan dalam sistem sosial dan ekologi untuk memastikan kelangsungan hidup kita. Dalam kerangka Clyodynamics, ketegangan dalam sistem sosial yang tidak seimbang akan memicu krisis, yang memerlukan penanganan holistik untuk menciptakan stabilitas.
Maka, apakah kita akan terus mengejar Homo Deus dan Homo Nexus, mengejar keabadian dan kekuasaan melalui teknologi? Ataukah kita akan berhenti sejenak, seperti yang diajarkan oleh filsafat Sunda, dan mengingatkan diri kita bahwa kita adalah bagian dari harmoni alam semesta yang lebih besar? Dalam kerangka AQAL, Clyodynamics, dan ajaran-ajaran Sunda, kita diajak untuk merenung bahwa pencapaian keharmonisan global harus dimulai dengan keseimbangan dalam diri kita sendiri, baik secara fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Mungkin inilah solusi untuk mengatasi krisis global saat ini yaitu menyelaraskan teknologi dengan nilai-nilai sosial, spiritual, dan ekologis. Dengan pendekatan ini, kita bisa mencapai solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan, menciptakan dunia yang lebih adil, damai, dan penuh harmoni, sebagaimana diimpikan oleh ajaran Rahayu Jagad Alit Jagad Gede.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H