Indonesia, dengan kekayaan hayati yang luar biasa, memiliki modal besar untuk menjadi pemain utama di pasar SynBio global. Hutan hujan tropis kita adalah rumah bagi 10% spesies tumbuhan dunia, dan laut kita menyimpan lebih dari 25% spesies terumbu karang global. Kekayaan ini adalah tambang emas bagi SynBio, yang sangat bergantung pada keanekaragaman hayati sebagai sumber daya genetik.
Pasar SynBio global diproyeksikan mencapai $70 miliar pada 2030, dengan pertumbuhan di sektor pangan berbasis laboratorium dan biofarmasi. Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini dengan memproduksi enzim industri, probiotik, dan bahan bioaktif yang diminati dunia.
Tantangan Pengembangan SynBio di Indonesia
Namun, jalan menuju kejayaan SynBio tidaklah mudah. Indonesia menghadapi sejumlah tantangan:
1. Kurangnya Infrastruktur Riset: Hanya sedikit institusi yang memiliki fasilitas untuk riset lanjutan di bidang bioteknologi.
2. Keterbatasan Pendanaan: Investasi untuk SynBio masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara seperti AS dan China.
3. Regulasi yang Belum Memadai: Aturan terkait riset genetika dan bioteknologi di Indonesia masih minim dan sering kali menghambat inovasi.
4. Tantangan Sosial dan Etika: Beberapa kelompok masyarakat masih meragukan keamanan dan etika produk SynBio.
Strategi Pengembangan SynBio di Indonesia
Mengatasi tantangan ini memerlukan langkah strategis:
a. Investasi dalam Riset dan Inovasi: Pemerintah perlu mengalokasikan dana khusus untuk pembangunan laboratorium dan pelatihan peneliti.
b. Ekosistem Inovasi: Sinergi antara pemerintah, universitas, dan sektor swasta harus diperkuat untuk menciptakan ekosistem inovasi yang mendukung SynBio.
c. Kampanye Edukasi Publik: Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat SynBio, mengatasi ketakutan, dan membangun dukungan publik.
d. Regulasi Progresif: Membentuk kebijakan yang mendukung inovasi tanpa mengabaikan aspek keamanan dan etika.
Pasar SynBio Dunia
Amerika Serikat telah menunjukkan bagaimana SynBio bisa menjadi motor ekonomi. Perusahaan seperti Ginkgo Bioworks dan Moderna telah menciptakan produk-produk bernilai tinggi, mulai dari vaksin hingga biofuel. China juga telah memanfaatkan SynBio untuk meningkatkan efisiensi produksi pangan dan energi.
Indonesia dapat belajar dari mereka, memanfaatkan kekayaan biodiversitas untuk menciptakan produk unik yang diminati pasar global. Sebagai contoh, mikroba endemik dari hutan Kalimantan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan bioenzim inovatif.
Kesimpulan dan Epilog