Bernard Stiegler: Teknologi dan Individuasi
Stiegler melihat teknologi sebagai alat individuasi manusia. Namun, jika AI menciptakan teori dan karya secara mandiri, manusia mungkin kehilangan kendali atas individuasi tersebut. Bagaimana manusia bisa tetap menjadi subjek kreatif di tengah dominasi AI?
Luciano Floridi: AI sebagai Agen Moral Parsial
Floridi menyoroti bahwa AI memiliki bentuk agensi moral, meski terbatas. Ini berarti bahwa hasil karya AI tidak sepenuhnya bisa dianggap sebagai hasil manusia, tetapi juga bukan milik AI sepenuhnya. Kolaborasi antara manusia dan AI memerlukan sistem penghargaan baru yang adil.
Yuk Hui: Kosmoteknologi
Hui menekankan bahwa teknologi tidak netral, tetapi dipengaruhi nilai-nilai manusia. Jika AI menciptakan sesuatu, hasilnya mencerminkan bukan hanya algoritma, tetapi juga nilai-nilai yang manusia tanamkan di dalamnya.
Nick Bostrom: Superintelligence dan Masa Depan Kreativitas
Jika AI suatu hari mencapai superintelligence, manusia harus menghadapi kenyataan bahwa kreativitas bisa menjadi monopoli mesin. Dalam skenario ini, manusia perlu mendefinisikan ulang apa artinya menjadi kreator dan siapa yang layak mendapatkan penghargaan.
Perjalanan kita dari berjalan kaki, kisah Facebook, hingga penemuan struktur protein membawa kita pada pertanyaan inti, Apa artinya menjadi kreator di era AI? Apakah nilai kerja manusia akan hilang, atau justru berubah?
Proses Dialektika
Kerja telah lama dimaknai sebagai manifestasi usaha manusia yang nyata dan langsung. Dalam pandangan tradisional, nilai kerja terletak pada sejauh mana individu melibatkan tenaga fisik dan mental mereka dalam menyelesaikan suatu tugas. Ketika seseorang berjalan kaki sejauh 24 km untuk pulang, setiap langkah mencerminkan usaha dan pengorbanan personal. Hasil akhirnya, yaitu sampai di rumah, menjadi simbol dari nilai intrinsik kerja yang dilakukan sepenuhnya oleh tubuh dan pikiran manusia tanpa bantuan eksternal. Dalam konteks ini, kerja dipandang sebagai proses yang otentik karena keterlibatan manusia bersifat total. Maka, semakin besar usaha manual yang dikeluarkan, semakin besar pula nilai moral dan esensial dari kerja itu.