Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Teori Tipe Kepribadian Baru, DTIM

19 November 2024   21:25 Diperbarui: 19 November 2024   22:31 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah Anda merasa seperti seseorang yang berbeda ketika berinteraksi dengan dunia maya dibandingkan dengan saat berhadapan langsung dengan orang lain? Atau, apakah Anda merasa berubah sikap atau cara berpikir ketika terpapar teknologi baru? Jika iya, mungkin Anda sedang mengalami apa yang kita sebut sebagai pergeseran dinamis kepribadian.

Kehidupan kita, terutama dalam era digital saat ini, dipenuhi dengan perubahan yang begitu cepat. Teknologi, media sosial, dan perkembangan informasi telah mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia dan dengan diri kita sendiri. 

Tidak hanya cara kita berkomunikasi yang berubah, tetapi juga cara kita berpikir, merasakan, dan berperilaku. Maka, muncullah sebuah pertanyaan besar: Apakah kepribadian kita menjadi lebih dinamis dengan pengaruh teknologi?

Kepribadian yang Dinamis: Lebih dari Sekadar Stereotip

Selama ini, kita mengenal berbagai teori kepribadian, seperti teori kepribadian MBTI, yang membagi kita dalam 16 tipe dasar berdasarkan cara kita berpikir dan berinteraksi. Meskipun teori-teori ini memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kepribadian manusia, namun apakah kepribadian kita selalu tetap sama sepanjang hidup kita? Apakah kita bisa menjadi lebih fleksibel dalam merespons dunia yang terus berubah?

Teori baru yang kami ajukan menawarkan perspektif yang berbeda. Kepribadian bukanlah sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang dinamis dan dapat berubah sesuai dengan konteks dan interaksi kita dengan dunia. 

Dalam teori ini, kami menyarankan untuk membagi kepribadian manusia ke dalam tiga dimensi utama: kognitif, emosional, dan sosial. Tiap dimensi ini terdiri dari beberapa parameter yang saling berinteraksi, dan dari kombinasi parameter-parameter inilah kita dapat mengidentifikasi berbagai tipe kepribadian.

Tiga Dimensi Kepribadian

Mari kita jelajahi lebih dalam ketiga dimensi yang membentuk kepribadian kita.

1. Dimensi Kognitif
Dimensi kognitif berhubungan dengan cara kita berpikir dan memproses informasi. Apakah kita lebih suka berpikir secara analitis atau lebih mengandalkan intuisi? Apakah kita mudah beradaptasi dengan teknologi baru, atau lebih cenderung lambat dalam mengikutinya? Dimensi ini juga melihat apakah kita lebih suka fokus pada rincian atau lebih tertarik pada gambaran besar dari situasi yang dihadapi.

Di dalam dunia yang serba cepat ini, kemampuan untuk berpikir secara fleksibel sangatlah penting. Keputusan yang cepat dan tepat sering kali memerlukan kemampuan berpikir yang tidak kaku, melainkan yang bisa menyesuaikan dengan kondisi baru.

2. Dimensi Emosional
Dimensi emosional lebih berfokus pada bagaimana kita mengelola perasaan dan reaksi emosional kita. Apakah kita dapat mengendalikan emosi kita dengan baik, atau apakah kita cenderung meledak-ledak? 

Apakah kita mudah berempati terhadap orang lain, atau justru cenderung menutup hati kita? Stabilitas emosi juga menjadi faktor penting---apakah kita mudah merasa terombang-ambing atau justru memiliki ketenangan yang stabil dalam menghadapi berbagai situasi?

Kepribadian kita dalam dimensi emosional ini sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial kita. Kita bisa saja merasa sangat stabil dan tenang di satu lingkungan, tetapi bisa berubah sebaliknya di lingkungan yang berbeda, seperti di dunia maya atau di media sosial.

3. Dimensi Sosial
Dimensi sosial berbicara tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Apakah kita lebih suka berkomunikasi secara langsung atau lebih memilih cara yang lebih halus dan tidak langsung? Apakah kita lebih mengutamakan solidaritas dan kebersamaan atau lebih cenderung menghargai individualitas dan kebebasan pribadi?

Tentu saja, dimensi sosial ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial kita. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, cara kita berkomunikasi dan cara kita berperilaku dapat sangat dipengaruhi oleh norma dan aturan sosial yang berlaku di sekitar kita. Di dunia maya, kita sering melihat orang menjadi lebih berani dan lebih terbuka dalam berkomunikasi karena adanya jarak fisik dan anonim.

Dari tiga dimensi ini diturunkan 16 pasang parameter dan berhasil diidentifikasi 256 tipe kepribadian dinamis dari 65.536 tipe kepribadian yang diprediksi. 

Mengapa Kepribadian Itu Dinamis?

Kami percaya bahwa kepribadian manusia jauh lebih kompleks dan fleksibel daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kepribadian kita tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik atau lingkungan keluarga, tetapi juga oleh pengaruh teknologi yang sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, interaksi kita dengan dunia digital dapat mengubah cara kita berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan orang lain.

Teknologi bukanlah hal yang terpisah dari kehidupan kita; ia sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap keputusan dan interaksi yang kita lakukan. Dari menggunakan aplikasi untuk berkomunikasi dengan teman-teman, hingga mencari informasi untuk membuat keputusan penting dalam hidup, teknologi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kepribadian kita pun ikut berubah.

Kepribadian yang Lebih Adaptif di Era Digital

Salah satu hal yang menarik dalam teori baru ini adalah bagaimana kita dapat melihat pergeseran dinamis dalam kepribadian seseorang. Misalnya, seseorang yang biasa berfokus pada detil mungkin akan lebih cenderung berpikir besar ketika berhadapan dengan perubahan teknologi atau kebutuhan untuk beradaptasi dengan perkembangan yang lebih cepat. 

Atau, seseorang yang biasanya sangat emosional mungkin akan belajar untuk menenangkan diri dalam situasi-situasi yang penuh stres, berkat pengaruh positif dari teknologi atau lingkungan yang mendukung.

Pergeseran semacam ini, yang disebut sebagai dynamic shift, menunjukkan bahwa kepribadian kita bukanlah sesuatu yang tetap atau terjebak dalam satu pola tertentu. Kepribadian kita dapat berkembang, berubah, dan beradaptasi sesuai dengan pengalaman hidup, interaksi sosial, dan teknologi yang kita hadapi.

Keunggulan dan Manfaat Praktis dari Teori Ini

Teori baru ini menawarkan berbagai keuntungan dan manfaat praktis, baik untuk individu maupun untuk masyarakat secara keseluruhan. Dengan memahami bahwa kepribadian kita itu dinamis, kita bisa lebih fleksibel dalam merespons tantangan hidup. Kita juga bisa belajar untuk lebih memahami diri kita sendiri dan orang lain dengan lebih baik, serta mengelola perubahan dengan lebih efektif.

Bagi para profesional, teori ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan kepemimpinan, manajemen tim, dan pelatihan pengembangan diri. Dengan memahami bagaimana seseorang berinteraksi dengan teknologi dan bagaimana mereka dapat berubah seiring waktu, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi perkembangan pribadi dan profesional.

Bagi masyarakat, teori ini bisa menjadi alat yang lebih baik dalam memahami bagaimana teknologi dapat memengaruhi hubungan sosial dan kesejahteraan emosional kita. Dengan memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi interaksi yang lebih sehat dan positif, kita bisa mengurangi potensi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pergeseran dinamis kepribadian ini.

Menyongsong Masa Depan yang Lebih Dinamis

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki potensi untuk berubah dan berkembang, dan teori baru ini memberikan kerangka yang lebih realistis dan fleksibel untuk memahami perubahan tersebut. Dalam dunia yang terus berkembang dengan teknologi yang semakin canggih, kita harus siap menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan memahami bahwa kepribadian kita bisa beradaptasi, kita tidak hanya lebih siap menghadapi masa depan, tetapi juga lebih siap untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Inilah saatnya bagi kita untuk membuka mata dan menerima kenyataan bahwa kepribadian adalah perjalanan, bukan tujuan yang tetap. Seiring berjalannya waktu, kita akan terus tumbuh, berubah, dan menyesuaikan diri---dan teori ini adalah cara kita untuk memahami dan merayakan perubahan itu.

Jadi, apakah Anda siap untuk menjalani perjalanan dinamis kepribadian Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun