Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemampuan Berbahasa Manusia Dicapai Melalui Pengajaran Tuhan

29 Oktober 2024   14:30 Diperbarui: 10 November 2024   09:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semua aspek pencapaian peradaban yang kita capai sampai saat ini adalah hasil pengajaran Tuhan sejak pertama kalinya dan sepanjang sejarahnya.

Menyanggah Filsafat Emergence

Diskusi kita sampai saat ini sudah sampai kepada pemahaman tentang peran psikologi koheren, language operating system software, dan pengajaran Tuhan dalam kemampuan manusia berbahasa.  Tapi kita masih ingin tahu dari manakah language operating system software itu berasal? Apakah emerge dari struktur organ, struktur otak, dan struktur genetik? Ataukah itu ditanamkan dari luar?

Kita bandingkan langsung antara manusia ketika masih hidup dengan ketika manusia sudah jadi mayat. Mayat dalam segala sesuatunya, baik struktur organ, struktur otak, dan struktur genetiknya, sama persis dengan ketika dia masih hidup. Tapi seluruh kemampuan berbahasanya hilang sama sekali.  

Walaupun bagian-bagian otak yang menyimpan memori bahasa tetap utuh dalam kondisi mayat, tetapi dia tidak lagi bisa digunakan untuk berbahasa. Kemampuan self organizing, sistem hirarki, dan interkoneksi antar struktur yang memengaruhi kemampuan berbahasa tidak ada lagi. Lenyap. Secara material dan struktural ini aneh.

Pada mayat tudak ada lagi saluran yang menghubungkan sistem Holon dalam perspektif Arthur Koestler dan saluran yang menghubungkan All Quadrants All Lines dalam perspektif Ken Wilber pada kemampuan berbahasa manusia. Kenapa begitu?

Jika kemampuan berbahasa emerge dari struktur organ, struktur otak, dan struktur genetik, maka pada mayat yang ketiga strukturnya masih utuh seharusnya kemampuan berbahasanya juga tetap utuh. Tapi nyatanya kan tidak.  Kinerja berbahasanya tiba-tiba hilang. Kemana hilangnya?, padahal segala dan setiap sesuatunya masih utuh.

Maka jika mencari kemampuan berbahasa pada hal-hal fisik, dan tidak diukur berdasarkan kinerja, kita tidak akan menemukan jawaban dari sana.

Jadi apa? Jadi kita melihat bahwa kemampuan berbahasa tertanam dari luar tubuh kita, baik itu operating system maupun kesadarannya. Kesadaran berbahasa, operating system bahasa, dan pemaknaan bahasa tidak timbul dan tumbuh dari dalam diri manusia sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun