Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ini Alasan Kenapa Seharusnya Semesta Tidak Bisa Terbentuk

14 Juli 2024   18:56 Diperbarui: 23 Juli 2024   02:08 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tanpa external force ini, maka semesta seharusnya dalam proses menciut kembali sejak 5 milyar tahun lalu, dan sedang dalam proses kehancurannya.

Bolehlah kita membayangkan semesta sedang diperebutkan oleh dua figur mitologi yang saling tarik menarik sisi-sisi terluar semesta.

8. Konversi Energi Supereffisien 

Cosmic inflation yang terus berlangsung yang lolos dari jebakan pembentukan black hole sehingga bisa berlanjut menjadi cosmic expansion, juga cosmic expansion yang terus berlangsung selama lebih dari 8 milyar tahun setelah Big Bang, hingga kini ke 5 milyar tahun terakhir periode accelerating universe bisa terjadi jika seluruh energi potensial sepenuhnya diubah menjadi energi kinetik dan seluruh energi thermal utuh diubah menjadi kerja dengan tingkat efisiensi seratus persen. 

Ibaratnya semesta adalah combution engine yang sempurna dengan tingkat efisiensi tertinggi yang mungkin dicapai yaitu mencapai efisiensi seratus persen. Butuh mekanisme luar biasa, fisika luar biasa, dan keahlian teknik yang luar biasa untuk menghasilkan "mesin" seperti ini. Mesin seperti ini tidak dibenarkan oleh fisika dan ditolak oleh mekanisme fisika, kimia, biologi, rekayasa teknik, dan matematika mana pun yang kita kenal saat ini. Ini hanya mungkin jika ada suatu external force. 

Fantasi kita liar menangkap sesosok figur mitologi sedang mengutak-atik semesta seperti kita membongkar pasang bilah-bilah lego.

Delapan point di atas membawa bukti bahwa suatu external force itu nyata dalam kosmologi. Terserah kita mau memahami dan menafsirkan external force itu sebagai apa. Entah sebagai another exotic force, atau another exotic energy, atau another exotic field, atau figur mitologi, atau Tuhan. Terserah saja.

Sementara buat sebagian dari kita biarlah berasumsi bahwa fisika baik hukum-hukum fisika maupun mekanisme-mekanisme fisika tidak bisa dengan sendirinya secara spontan dan otomatis membentuk semesta, melainkan membutuhkan Allah yang memang berkehendak menjadikannya ada dengan melampaui fisika yang juga ada dengan kehendakNya pula.

Allah pada banyak kesempatan telah mendorong kita untuk mempelajari sains, mendalami sains, dan berpikir dalam kerangka sains, lalu dengan sains itu kita menemukan bukti bahwa Allah itu tidak ada, ini adalah hal mustahil dan irrasional. Jadi dengan demikian maksud sains dalam perspektif tasawuf adalah membuktikan eksistensi Allah, menumbuhkan mahabbah kepada Allah, dan membangkitkan ketaatan yang dalam kepada Allah

Sepanjang sejarah sains selama 1000 tahun ini yaitu sejak ditemukannya metode ilmiah oleh Ibnu Al Haytham tidak lepas dari filsafat. Filsafat dalam konteks ini adalah suatu konsekuensi logis dari eksistensi sains itu sendiri.  Filsafat sebagai kelanjutan dari sains ini pula merupakan tuntutan dari kerangka berpikir holistik. Otak kita memang dirancang untuk mencari dan memahami suatu gambar besar dari gambar-gambar kecil yang kadang tampak berserakan. Otak kita memang dirancang untuk mencari apa yang tersirat dari apa yang tersurat. Otak kita memang dirancang untuk mengembangkan abstraksi dan membangun fantasi dari hal-hal yang konkret. 

Kerangka berpikir diskrit yang terfragmentasi dan sektoral merupakan penjara akal yang bukan saja berbahaya dalam perspektif sains dan bagi perkembangan sains, tapi juga tidak sesuai dengan desain neurologis kita sebagai manusia.  Kerangka berpikir diskrit tidak bodoh sih, tapi nyata sangat ingusan. Bocah banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun