Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tafsir Kosmologis Atas Surat At Takwir

11 Juli 2024   15:06 Diperbarui: 11 Juli 2024   16:36 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perluasan ruang-waktu seperti itu akan mengakibatkan suhu menurun terus sampai ke titik nol absolut, sehingga semua proses fisika terhenti dan entropy mencapai titik terendah seperti tergambar oleh hukum III thermodinamika. Semesta dalam skenario ini berakhir dengan Big Freeze.

Perluasan semesta juga akan menyebabkan energy density semakin lemah, ditambah dengan desakan dark energy yang terus membesar tanpa batas, maka semesta akan robek terkoyak. Inilah akhir semesta dengan Big Rip.

Jika perluasan semesta diikuti transformasi semua materi menjadi energi serta black hole decay menyebabkan energi semesta bertambah besar dan membentuk kembali pure energy yang sangat panas, maka ruang-waktu runtuh ke dalam Big Heat.

Tapi jika amplifikasi gravitasi dan dark matter berlangsug lebih epat dan besarannya mengalahkan desakan dark energy, semesta akan menciut kembali dan berakhir dengan Big Crunch.
 
Inilah rundown ketiga seperti diilustrasikan oleh ayat kesebelas surat at Takwir dan merupakan rundown proses ketiga juga dalam perspektif kosmologi yaitu proses kehancuran ruang-waktu, semesta, atau disebut langit dalam diksi al Qur'an.

Apakah pendekatan seperti ini terhadap al Qur'an dan tafsir Qur'an dibenarkan?

Coba perhatikan surat al Ghasiyah ayat 17 - 20 yang bertanya bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan, gunung ditancapkan, dan bumi dihamparkan. Tantangan dalam keempat ayat tersebut bisa dijawab dengan surat lainnya dalam al Qur'an, dengan lisan Nabi melalui hadist, dengan filsafat atau meminjamkan filsafat Aristoteles, Plato, dan Socrates, dan yang terbaru adalah dengan sains.

Keempat ayat ini dan banyak ayat lainya yang senafas mengajak kita untuk berpikir dalam kerangka sains. Sains dengan konteks ini masih bisa dibenarkan, bahkan memperkuat argumen ayat, di samping akan terasa lebih mengena dalam konteks masa kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun