Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Asumsi Teori Evolusi Darwin: Rethinking

24 Oktober 2023   07:33 Diperbarui: 27 Oktober 2023   08:41 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendahuluan

Ketika kita mendapati titik-titik yang berserakan dan tidak saling terhubung pada sebuah kertas, kita sadar bahwa kita bisa menggambar objek apa saja daripadanya dengan menghubungkan titik-titik yang ada terutama dua titik yang berdekatan dan yang paling dekat.

Walaupun jumlah dan sebaran titik-titik yang tersedia sama, tapi berbeda urutan titik yang kita hubungkan akan berbeda pula narasi dan gambar akhir yang dihasilkan.
 
Analogi di atas dalam konteks evolusi dapat dipahami sebagai bahwa fakta-fakta evolusi yang kita temukan pada fosil, embrio, dan gen adalah sama, tapi daripadanya kita bisa merekonstruksi narasi evolusi yang beraneka ragam.

Narasi mana yang paling baik dan paling logis dapat kita uji setidaknya dari tiga hal.
Pertama dari asumsi yang digunakan.
Kedua dari kemampuannya menjawab pertanyaan faktual.
Ketiga dari kemampuannya melakukan prediksi.

Asumsi Teori Evolusi Darwin

Teori Evolusi Darwin seperti halnya Teori Relativitas Einstein baik Relativitas Khusus maupun Relativitas Umum, dan Mekanika Kuantum adalah teori-teori yang melibatkan sisi psikologis yang paling sensitif dari masyarakat Barat. Masyarakat Barat kerap mengulang-ulang idiom "teori terbaik yang kita miliki sampai saat ini untuk menggambarkan realitas" pada teori-teori tersebut di atas. Terus diulang seperti kaset audio kusut dari zaman kuda gigit besi.

Padahal pada beberapa sisi teori-teori tersebut dibangun dari asumsi dan postulat yang tidak valid, khususnya asumsi pada Teori Evolusi Darwin.

Teori Evolusi dibangun dari sejumlah asumsi berikut ini:

Adaptasi

Entitas biologis melakukan adaptasi setiap saat untuk mempertahankan eksistensi dirinya dan spesiesnya. Spesies baru muncul dari spesies sebelumnya yang melakukan adaptasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

Tapi adaptasi adalah bentuk responsif suatu entitas biologis terhadap tekanan lingkungan. Jika tekanan lingkungan tidak ada dan lingkungan tidak berubah secara signifikan, maka tidak ada kebutuhan untuk melakukan adaptasi.

Tekanan lingkungan yang sama pun kerap direspon secara berbeda oleh entitas biologis yang berbeda sehingga menghasilkan bentuk adaptasi yang berbeda. Lalu bagaimana kemampuan adaptasi itu muncul? Dari mana kemampuan adaptasi itu muncul?

Berdasarkan bukti fosil yang ada, di samping memang benar ada tekanan lingkungan yang diduga dan dinarasikan bisa memunculkan sejumlah spesies baru, tapi sejumlah besar lainnya tidak muncul karena tekanan lingkungan yang spesifik.

Spesies semakin beraneka ragam bukan terjadi setelah 5 masa kepunahan besar tapi sebelum, sepanjang masa tanpa adanya tekanan lingkungan yang signifikan, dan bahkan jauh lama setelah masa kepunahan massal tersebut.
 
Untuk menutupi bolong dari asumsi pertama ini, teori evolusi Darwin memajukan asumsi kedua.

Variasi

Variasi dalam teori evolusi Darwin dapat digambarkan dengan analogi sebuah garis lurus yang menyimpang sedikit saja dari garis vertikal standar yang dimulai pada sebuah titik awal tertentu. Ini secara faktual dan konseptual memang akan menyimpang dengan derajat penyimpangan yang semakin besar seiring jarak dan waktu. Atas dasar derajat penyimpangan yang semakin besar itulah spesies baru muncul dan bentuknya semakin jauh berbeda dari induk dan nenek moyangnya setelah berlalu ratusan ribu dan bahkan jutaan tahun.

Evolusi dalam persepsi Darwin terjadi akibat bentuk variasi yang tidak terbatas. Tapi dia lupa dan bahkan tidak paham bahwa faktor genetika membatasi jumlah variasi yang mungkin terbentuk.

Kombinasi variasi secara fenotipe maupun genotipe mungkin saja berubah secara acak, tapi sampai batas tertentu akan kembali kepada komposisi dan kombinasi awal. Genom membatasinya, sehingga lompatan sifat, karakteristik, dan spesifikasi organ, sistem organ, metabolisme, fisiologis, kecerdasan, dan kesadaran tidak diperkenankan terjadi berapa pun lamanya waktu berlalu.

Mutasi Genetik

Menyadari keterbatasan asumsi kedua tadi yaitu asumsi variasi, teori evolusi Darwin mengarang asumsi ketiga yaitu bahwa variasi bisa saja keluar dari keharusan kembali ke bentuk awal dan lompatan besar anasir biologis bisa saja terjadi jika ada terjadi suatu mutasi genetik.

Kaitannya dengan evolusi, evolusi terjadi atas peristiwa mutasi gen yang dihasilkan oleh mutasi yang menguntungkan dan fungsional, bukan oleh mutasi netral apalagi oleh mutasi negatif.

Mutasi gen oleh sebab internal seperti kesalahan reflikasi maupun rekombinasi, maupun oleh sebab eksternal seperti radiasi membawa sifat dan karakteristik baru ke dalam entitas biologis sehingga variasinya terus bertambah dan semakin meluas tanpa batas.

Seleksi Alam

Sadar bahwa mekanisme mutasi gen akan menghasilkan evolusi yang bersifat random karena terjadinya proses trial dan error yang membuka kemungkinan munculnya entitas biologis yang aneh dan absurd, teori evolusi Darwin mengajukan asumsi seleksi alam.

Asumsi ini menyarankan bahwa sangat mungkin terjadi evolusi yang bersifat coba-coba dan random, tapi hanya hasil mutasi gen yang paling menguntungkan suatu entitas biologis saja yang akan bertahan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Hasil mutasi gen yang paling sesuai dengan kebutuhan dan paling menguntungkan inilah yang tampak pada makhluk hidup yang ada sekarang.

Tapi seleksi alam pun dibatasi oleh mekanisme rantai makanan di mana setiap entitas biologis menempati satu tingkat rantai makanan tertentu secara spesifik dan tidak leluasa berpindah tingkat ke atas maupun ke bawahnya.

Dalam mekanisme rantai makanan, apapun seleksi alam yang terjadi pada suatu produsen di masa lalu, maka dia akan tetap menjadi produsen di masa kini dan pula tetap produsen di masa depan. Begitu juga halnya yang terjadi dengan konsumen tingkat satu, dua, dan tiga.

Kesimpulan

Seleksi alam tidak bisa membentuk suatu spesies baru, yang dihasilkan daripadanya cuma varietas unggul. Bagaimanapun adaptasi, variasi, dan mutasi gen dibatasi oleh genom, daya dukung lingkungan, dan gambar besar keseluruhan biosfer.


Semua asumsi yang digunakan oleh teori evolusi Darwin seperti adaptasi, variasi, mutasi gen, dan seleksi alam dibatasi dan tunduk kepada mekanisme rantai makanan.

Jadi sebuah teori evolusi seharusnya dibangun dari narasi dan mekanisme rantai makanan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun