Sudah sewajarnya unsur dengan nomor atom kecil berada lebih berlimpah ketimbang unsur dengan nomor atom lebih besar. Hidrogen dan helium mengisi sebagian besar semesta karena nomor atomnya adalah 1 dan 2. Tapi prinsip ini rusak sejak lithium yang memiliki nomor atom tiga. Posisi ketiga yang seharusnya diisi oleh lithium sebagai unsur yang paling berlimpah di semesta malah diisi oleh oksigen. Selanjutnya, prinsip ini semakin tidak konsisten seiring dengan bertambahnya nomor atom.
Mekanisme pembentukan atom unsur tidak semudah sekedar menambah jumlah proton ataupun elektron dengan menembakkan secara bertubi-tubi dan terus menerus suatu sistem kuantum dengan proton atau elektron agar nomor atomnya bertambah.
Jika pembentukan atom unsur semudah itu, maka panjang tabel periodik unsur bisa sangat panjang.
Keberlimpahan Air
Rumus kimia air sungguh sangat elegan. Hanya terbentuk dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Dengan melihat keberlimpahan hidrogen dan oksigen di semesta ini, seharusnya air menjadi senyawa yang berlimpah di mana-mana tersedia di setiap sudut semesta. Sehingga seharusnya entitas biologis pun berlimpah di setiap pojok semesta yang ada.
Tapi ternyata proses pembentukan air jauh lebih sulit daripada proses pembentukan urea yang rumus kimianya lebih kompleks. Proses sintesis air membutuhkan reaksi kimia yang kompleks dan kondisi yang lebih sulit dicapai. Daripada menghasilkan air bersih dari sintesis air, lebih mudah dan lebih murah melakukannya dengan desalinasi air.
Kesimpulan
Dengan memperhatikan variabel inflasi kosmik, nihilisasi kuantum, reaksi fusi nuklir, multiverse, komposisi materi di semesta, pembentukan unsur dalam tabel periodik, pembentukan air, dan evolusi biologis yang tidak random dan arbiter, maka semesta akan terjebak ke dalam dua bentuk ekstrem yaitu berlimpah dan berkelimpahan atau tidak ada dan kosong sama sekali jika segala proses pembentukannya semata didasarkan kepada mekanisme kuantum, kimia, fisika, biologi, dan kosmologi.
Semesta yang kita tinggali ini berada di luar kedua kutub tersebut, Ferguso.
Penutup
Kita menerima sampai sejauh ini skenario kosmologi yang disampaikan oleh Model Standar Kosmologi atau Model Lambda CDM, tapi sayang sekali model ini tidak memberikan penjelasan yang memadai tentang sejumlah perubahan plot, bahkan perubahan plot yang paling tiba-tiba dan paling penting sekalipun.