Analogi yang disampaikan oleh Rasulullah saw tersebut sungguh tepat. Bahwa sebuah bangunan terdiri dari aneka ragam bahan yang berbeda jenis, karakter dan sifatnya. Tapi perbedaan tersebut jika dipadukan, dicampur ternyata bisa saling menguatkan dan kokoh.
Begitupun kita, yang hidup di tengah-tengah keragaman hendaknya keragaman itu tidak membuat kita berpecah belah, tapi justru dengan keragaman itu bisa saling menguatkan. Itulah ukhuwah islamiyah. Yakni gambaran tentang hubungan persaudaraan diantara sesama, dimana satu sama lain berada dalam satu ikatan yang kokoh. Saling menguatkan saling memberi dukungan dan semangat.
Ing Madyo Mangun Karso bermakna Ukhuwah Islamiyah
Jika Ki Hajar Dewantara mengajarkan Tut Wuri Handayani, Dibelakang harus bisa memberi dorongan. Mendrong orang lain menuju kebaikan.
Dalam al-Qur'an, Allah swt berfirman: "Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui" (QS. al-Alaq:5).
Ayat ini menyiratkan bahwa agar kita saling berbagi ilmu dan mendorong untuk menuntut ilmu. Menodorong sesama untuk berilmu.
Dalam konteks seorang guru, maka guru harus mampu memberi dorongan kepada peserta didik. Memberi dukungan moral kepada peerta didik agar menjadi lebih baik di masa depan.
Tut Wuri bisa dimaknai dengan memberi kebebasan kepada peserta didik untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya, sepanjang hal itu sesuai dengan norma-norma yang ada dan tidak merugikan orang lain. Jika didapati peserta didik menyimpang dari norma yang ada, maka tugas guru adalah Handayani, yaitu menjaga, mengingatkan.
Konsep ini sejalan dengan firman Allah swt: "Tidak ada paksaan dalam beragama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat"
Tugas guru adalah Tut Wuri Handayani, yaitu berada di belakang untuk memberi kebebasan kepada peserta didik agar tumbuh sesuai dengan kodratnya, sesuai dengan hasrat dan kehendaknya.
Semoga Bermanfaat.