Kurikulum Perlu diadaptasi?
MengapaSejatinya kurikulum itu harus bisa terhubung dengan pembelajaran di kelas. Namun terkadang konteks satuan pendidikan yang beragam dari Sabang sampai Merauke membuat banyak hal tidak mudah diimplementasikan di kelas. Oleh karena itulah, makanya kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah secara nasional harus diadaptasi di tingkat satuan pendidikan.
Letak geografis satuan pendidikan tidak selalu sama. Ada yang di tepi pantai. Ada yang berada di tengah-tengah perkebunan. Ada yang berada di tengah-tengah perkotaan berpenduduk padat. Ada pula yang berada di pegunungan. Dan lain sebagainya.
Kondisi lingkungan satuan pendidikan pun tentunya berbeda. Dari waktu ke waktu tentunya ada perubahan yang terjadi. Mungkin yang dulunya jarang penduduk, sekarang sudah mulai padat penduduknya. Mungkin ada bangunan atau gedung baru yang berdiri di sekitar sekolah. Atau mungkin pula ada hal-hal baru yang mengubah tata kehidupan peserta didik dan guru yang ada di sekolah.
Dari aneka ragam perbedaan inilah, maka bisa jadi sistem pembelajaran yang paling berhasil pun juga tidak sama antara satuan pendidikan yang satu dengan lainnya. Ada perbedaan lingkungan dan ekosistem sekolah yang menuntut sistem pembelajaran tidak bisa disamakan. Apalagi jika dikaitkan dengan adanya perubahan tata kehidupan yang terjadi di sekitar satuan pendidikan.
Beberapa faktor inilah yang menjadi alasan mengapa kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah harus diubahsesuaikan atau diadaptasi kembangkan terlebih dahulu. Bentuk adaptasi kurikulum ini harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di satuan pendidikan masing-masing. Kurikulum yang sudah melalui proses adaptasi inilah yang sekarang ini dikenal dengan istilah Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan atau KOSP.
Untuk lebih memahami konsep adaptasi kurikulum ini, mari kita simak ilustrasi berikut:
Ada SD yang letaknya di perkebunan sebuah kaki gunung. Dewan guru beserta kepala sekolahnya sama-sama belum memhami arti penting mengadaptasi kurikulum. Proses pembelajaran biasa dilakukan sebatas mengacu pada buku teks yang sudah disediakan oleh pemerintah.
Suatu waktu, kepala sekolah mendapati guru kelas IV mengajar mata pelajaran IPAS materi ekosistem. Seperti biasa, sang guru mengajar berdasar buku teks yang ada. Kebetulan dalam buku disampaikan beberapa contoh ekosistem. Ilustrasi gambar menunjukkan contoh ekosistem kehidupan laut.
Sang kepala sekolah tertegun sejenak mengamati proses pembelajaran yang terjadi. Ia berpikir tentang letak sekolahnya yang berada di tengah perkebunan di kaki gunung. Jauh dari laut. Sehari-hari ia mendengar suara jangkrik atau cuitan burung. Bahkan tak jarang peserta didiknya melihat ular ketika mereka ikut orangtuanya pergi ke kebun.
Dalam benaknya terlintas, sebenarnya hewan-hewan ini bisa dijadikan contoh untuk menjelaskan tentang ekosistem dengan lebih baik, karena hewan-hewan ini biasa ditemui oleh peserta didiknya.
Muncul tanya, bagaimana jika guru kektika mengajarkan IPAS terkait ekosistem menggunakan contoh hewan yang ada di sekitar sekolah? Peserta didiknya pasti lebih tertarik. Kerena, mereka akan lebih mudah membayangkan apa yang sedang dipelajari. Tujuannya tentu saja untuk membantu peserta didik mendapat pembelajaran yang lebih bermakna.
Sang kepala sekolah teringat satu materi yang pernah didapat dari suatu pelatihan. Materi tersebut membahas tentang bagaimana memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran. Beliau menyadari bahwa cara mengajar yang hanya bertumpu pada buku teks sangat tidak cukup. Bisa jadi, hal tersebut membuat peserta didik kurang dapat menghubungkan apa yang dipelajari, dengan kehidupan mereka.
Teringat tentang KTSP yang mengharuskan satuan pendidikan untuk mengembangkan dan mengadaptasi kurikulum. Kemudian kepala sekolah mendiskusikan hal ini dengan teman-teman guru di sekolah. Beliau menyampaikan tentang gagasan untuk membangun kurikulum berbasis sekolah. Â
Setelah itu, seluruh stekholder sekolah tersebut diundang untuk mulai membicarakan pengembangan kurikulum. Bersama-sama, mereka memahami secara utuh kerangka dasar kurikulum yang sudah ditetapkan. Kerangka Dasar Kurikulum itu terdiri atas: (1) Tujuan Pendidikan Nasional; (2) Profil Pelajar Pancasila; (3) Struktur Kurikulum; (4) Prinsip Pembelajaran dan Asesmen; dan (5) Capaian Pembelajaran.
Mereka juga mulai menganalisa kebutuhan peserta didik dan kondisi sekolah. Mengintegrasikan visi sekolah ke dalam kurikulum sekolah. Setelah proses itu dilalui, stekholder memiliki  keyakinan seandainya  pembelajaran dilakukan menggunakan kurikulum yang telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik satuan pendidikan, pasti akan memberikan pemahaman yang lebih bermakna bagi para peserta didik.
Misalnya, dalam pelajaran IPAS mengenai ekosistem, guru akan meminta peserta didik melakukan observasi langsung terhadap hewan yang ada di sekitarnya. Peserta didik juga akan diajarkan tentang bagaimana kaitan kehidupan sehari-hari dengan kelangsungan ekosistem di sekitar mereka yang harus terus dijaga.
Nah, dari ilustrasi di atas, apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dan rekan-rekan gurunya di sekolah itu adalah melakukan adaptasi kurikulum. Caranya yaitu dengan merancang KOSP. Bisa jadi, penerjemahan kurikulum tidak hanya dipengaruhi faktor geografis, akan tapi juga faktor budaya dan sosiologis. Hal ini meniscayakan bahwa kurikulum operasional untuk peserta didik di daerah pertanian berbeda dengan kurikulum operasional di daerah pariwisata. Begitu seterusnya, akan ada perbedaan di setiap satuan pendidikan.
KOSP adalah dokumen hidup. Â Sehingga KOSP dapat diubahsesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Tentunya, setelah proses refleksi sudah dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dokumen kurikulum sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan, guru bisa turut mengembangkan dan menyesuaikan demi mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian satuan pendidikan bisa memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki keunikannya masing-masing.
Keanekaragaman latar belakang dan kemampuan peserta didik adalah tolok ukur adaptasi KOSP. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap saat peserta didik akan berkembang sesuai dengan zamannya.
Referensi:
Materi Pelatihan Mandiri Platform Merdeka Mengajar; Modul Pelatihan Materi Kurikulum; disampaikan oleh Itje Chodijah, Pelatih Guru dan Praktisi Pendidikan; Diproduksi oleh: Ditjen GTK Kemendikbudristek, 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H