Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Adaptasi Kurikulum

22 Agustus 2022   08:20 Diperbarui: 22 Agustus 2022   08:24 3799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muncul tanya, bagaimana jika guru kektika mengajarkan IPAS terkait ekosistem menggunakan contoh hewan yang ada di sekitar sekolah? Peserta didiknya pasti lebih tertarik. Kerena, mereka akan lebih mudah membayangkan apa yang sedang dipelajari. Tujuannya tentu saja untuk membantu peserta didik mendapat pembelajaran yang lebih bermakna.

Sang kepala sekolah teringat satu materi yang pernah didapat dari suatu pelatihan. Materi tersebut membahas tentang bagaimana memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran. Beliau menyadari bahwa cara mengajar yang hanya bertumpu pada buku teks sangat tidak cukup. Bisa jadi, hal tersebut membuat peserta didik kurang dapat menghubungkan apa yang dipelajari, dengan kehidupan mereka.

Teringat tentang KTSP yang mengharuskan satuan pendidikan untuk mengembangkan dan mengadaptasi kurikulum. Kemudian kepala sekolah mendiskusikan hal ini dengan teman-teman guru di sekolah. Beliau menyampaikan tentang gagasan untuk membangun kurikulum berbasis sekolah.  

Setelah itu, seluruh stekholder sekolah tersebut diundang untuk mulai membicarakan pengembangan kurikulum. Bersama-sama, mereka memahami secara utuh kerangka dasar kurikulum yang sudah ditetapkan. Kerangka Dasar Kurikulum itu terdiri atas: (1) Tujuan Pendidikan Nasional; (2) Profil Pelajar Pancasila; (3) Struktur Kurikulum; (4) Prinsip Pembelajaran dan Asesmen; dan (5) Capaian Pembelajaran.

Mereka juga mulai menganalisa kebutuhan peserta didik dan kondisi sekolah. Mengintegrasikan visi sekolah ke dalam kurikulum sekolah. Setelah proses itu dilalui, stekholder memiliki  keyakinan seandainya  pembelajaran dilakukan menggunakan kurikulum yang telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik satuan pendidikan, pasti akan memberikan pemahaman yang lebih bermakna bagi para peserta didik.

Misalnya, dalam pelajaran IPAS mengenai ekosistem, guru akan meminta peserta didik melakukan observasi langsung terhadap hewan yang ada di sekitarnya. Peserta didik juga akan diajarkan tentang bagaimana kaitan kehidupan sehari-hari dengan kelangsungan ekosistem di sekitar mereka yang harus terus dijaga.

Nah, dari ilustrasi di atas, apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dan rekan-rekan gurunya di sekolah itu adalah melakukan adaptasi kurikulum. Caranya yaitu dengan merancang KOSP. Bisa jadi, penerjemahan kurikulum tidak hanya dipengaruhi faktor geografis, akan tapi juga faktor budaya dan sosiologis. Hal ini meniscayakan bahwa kurikulum operasional untuk peserta didik di daerah pertanian berbeda dengan kurikulum operasional di daerah pariwisata. Begitu seterusnya, akan ada perbedaan di setiap satuan pendidikan.

KOSP adalah dokumen hidup.  Sehingga KOSP dapat diubahsesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Tentunya, setelah proses refleksi sudah dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dokumen kurikulum sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan, guru bisa turut mengembangkan dan menyesuaikan demi mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian satuan pendidikan bisa memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki keunikannya masing-masing.

Keanekaragaman latar belakang dan kemampuan peserta didik adalah tolok ukur adaptasi KOSP. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap saat peserta didik akan berkembang sesuai dengan zamannya.

Referensi:

Materi Pelatihan Mandiri Platform Merdeka Mengajar; Modul Pelatihan Materi Kurikulum; disampaikan oleh Itje Chodijah, Pelatih Guru dan Praktisi Pendidikan; Diproduksi oleh: Ditjen GTK Kemendikbudristek, 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun