Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perubahan Perilaku Karena Pengalaman

30 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 30 Januari 2025   06:28 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buahnya habis dimakan bajing dan kalong (dokpri)

Dulu, saya memiliki pohon lengkeng yang untuk pertama kalinya berbuah. Betapa senangnya saya melihat buah-buah kecil itu mulai tumbuh dan membesar. Tetangga yang melihatnya pun ikut senang, membayangkan betapa manisnya buah lengkeng yang sebentar lagi akan matang. Saya pun dengan sabar menunggu, membayangkan saat terbaik untuk memanen dan menikmati hasilnya.

Namun, dalam penantian itu, saya mulai merasa heran. Setiap malam, jumlah buah lengkeng di pohon semakin berkurang. Awalnya saya mengira hanya perasaan saya saja, tetapi lama-kelamaan semakin jelas bahwa buah-buah itu benar-benar menghilang. Rasa penasaran pun mendorong saya untuk mencari tahu.

Akhirnya, saya menemukan jawabannya. Bajing dan kalong rupanya lebih pintar dari saya. Mereka mendahului saya menikmati buah lengkeng yang sudah mulai matang. Dengan cerdiknya, mereka memilih waktu malam hari, saat saya lengah, untuk berpesta di atas pohon.

Buahnya habis dimakan bajing dan kalong (dokpri)
Buahnya habis dimakan bajing dan kalong (dokpri)
Melindungi Buah Lengkeng

Kejadian sebelumnya menjadi pelajaran berharga bagi saya. Jika bajing dan kalong bisa belajar mencari cara untuk mendapatkan makanan, maka saya pun harus lebih cerdas dalam melindungi hasil tanaman sendiri.

Pada musim buah berikutnya, saya tidak ingin kejadian yang sama terulang. Saya pun mencari cara agar buah lengkeng yang saya tunggu-tunggu tidak kembali dimakan oleh mereka. Akhirnya, saya memutuskan untuk membungkus buah yang sudah mulai besar dengan karung bekas wadah bawang putih. Saya berharap lapisan ini cukup untuk menghalangi bajing dan kalong agar tidak bisa mengambil buah dengan mudah.

Alhamdulillah, usaha saya membuahkan hasil. Musim ini, saya akhirnya bisa menikmati buah lengkeng dari pohon sendiri. Tidak ada lagi kehilangan misterius setiap malam, dan saya bisa merasakan manisnya hasil kerja keras.

Sebagai bentuk rasa syukur, saya tidak menikmati hasil ini sendirian. Saya berbagi dengan tetangga dekat, yang sejak awal ikut senang melihat pohon lengkeng saya berbuah. Kebahagiaan memang lebih bermakna ketika bisa dirasakan bersama. Dan dari pengalaman ini, saya kembali diingatkan bahwa setiap tantangan memiliki solusinya, asal kita mau belajar dan berusaha mencari jalan keluar.

Bajing Saja Bisa Belajar, Bagaimana dengan Manusia?

Musim berikutnya tiba, dan saya kembali bersiap menghadapi panen lengkeng. Seperti tahun lalu, begitu buah mulai membesar, saya segera membungkusnya dengan karung bekas wadah bawang putih. Saya berharap kali ini hasil panen akan lebih melimpah, karena semakin bertambah usia, pohon lengkeng ini pun semakin banyak berbuah.

Namun, harapan saya pupus ketika tiba waktu panen. Alih-alih menemukan buah lengkeng yang melimpah, saya justru kecewa karena yang tersisa hanya sedikit. Hampir setiap karung yang saya pasang sudah bolong, dan isinya lebih banyak biji serta kulit dibandingkan buah yang utuh. Saya pun bertanya-tanya, apa yang terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun