sharenting telah menjadi salah satu fenomena baru yang menarik perhatian. Istilah sharenting berasal dari gabungan kata "share" dan "parenting", yang merujuk pada kebiasaan orang tua membagikan foto, video, atau informasi tentang anak-anak mereka di media sosial.
Di era digital yang serba terhubung ini,Tren ini berkembang seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, khususnya smartphone, serta makin masifnya penggunaan media sosial seperti Facebook, Instagram, atau TikTok, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Steinberg, sebagaimana dikutif Merdeka.com dari artikelnya yang berjudul “Ketahui Apa Itu Sharenting, Kebiasaan Orang Tua Berbagi Mengenai Anak di Media Sosial: Seberapa Batas Amannya?”, memaparkan bahwa sharenting sebagai tindakan orang tua membagikan hal-hal tentang anak mereka di luar lingkup keluarga. Ini bisa berupa unggahan foto di media sosial, tulisan di blog, atau video yang dikirim melalui platform pesan seperti WhatsApp.
Fenomena yang Semakin Umum
Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi lembaga. Dalam dunia pendidikan, peran media sosial semakin menonjol dengan adanya anjuran bagi sekolah-sekolah untuk mengunggah berbagai kegiatan mereka ke platform media sosial resmi, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, hingga TikTok.
Langkah ini bertujuan untuk mempermudah pemantauan aktivitas sekolah oleh pihak yang berwenang, terutama Dinas Pendidikan. Hal ini pun mendorong sekolah-sekolah untuk aktif mempublikasikan kegiatan mereka, menciptakan semangat kompetitif dalam menunjukkan keaktifan dan inovasi masing-masing institusi.
Setiap kegiatan siswa di sekolah kini hampir selalu diunggah ke media sosial resmi sekolah. Dari sisi positif, hal ini memungkinkan orang tua untuk mengetahui aktivitas anak-anak mereka selama di sekolah, sekaligus memberikan gambaran kepada Dinas Pendidikan bahwa sekolah tersebut aktif dan produktif.
Namun, di sisi lain, terdapat risiko yang perlu diwaspadai. Informasi yang diunggah, terutama jika disiarkan secara real-time, dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan para “durjana” untuk melakukan kejahatan, seperti penculikan. Oleh karena itu, sekolah perlu bijak dan selektif dalam membagikan informasi di media sosial, demi menjaga keamanan dan privasi siswa.
Sang Ibu yang Selalu Update
Dalam sebuah keluarga, sering kali sang ibu menjadi sosok yang aktif meng-update status tentang anaknya di media sosial. Tidak jarang kita temui di platform seperti Facebook, seorang ibu mengunggah foto atau video anaknya yang lucu, baik saat melakukan aktivitas sehari-hari maupun dalam momen-momen spesial, seperti perayaan ulang tahun.
Bahkan, sering kali narasi yang menyertai unggahan tersebut mencantumkan nama anaknya secara lengkap. Namun, kebiasaan ini sebenarnya kurang bijak karena secara tidak disadari, privasi anak terekspos secara gamblang ke publik, membuka peluang risiko yang seharusnya dapat dihindari.