Tradisi ini tidak hanya menunjukkan solidaritas dan kepedulian antarwarga, tetapi juga menjadikan pernikahan sebagai momen yang melibatkan seluruh komunitas dalam suasana kebersamaan dan kekeluargaan yang hangat.
Biaya yang DibutuhkanÂ
Orang-orang yang rewang biasanya mulai membantu sejak dua hari, yakni pada H-1 hingga hari H. Selama waktu tersebut, mereka bekerja penuh, bahkan ada yang hingga larut malam, demi memastikan kelancaran acara.Â
Dengan jumlah rewang yang bisa mencapai 200-300 orang, biaya konsumsi yang harus disiapkan tentu tidak sedikit. Selama dua hari penuh, tuan rumah perlu menyediakan makanan dan minuman untuk semua yang terlibat.Â
Hal ini menggambarkan besarnya komitmen masyarakat terhadap tradisi gotong royong, sekaligus menjadi salah satu aspek yang membutuhkan perencanaan matang dalam pelaksanaan hajatan.
Tenda adalah Tempat Utama Acara
Acara walimatul 'ursy di desa umumnya dilaksanakan di halaman rumah dengan mendirikan beberapa unit tenda sebagai tempat utama untuk menjamu para tamu. Jumlah dan jenis tenda yang terpasang sering kali menjadi simbol status sosial tuan rumah.Â
Jika tenda yang digunakan berjumlah banyak dan terlihat lebih megah, biasanya menunjukkan bahwa tuan rumah adalah tokoh masyarakat atau seseorang yang memiliki pengaruh besar di lingkungan tersebut. Sebaliknya, bagi masyarakat biasa, tenda yang digunakan cenderung lebih sederhana.Â
Tradisi ini tidak hanya mencerminkan upaya menyambut tamu dengan baik, tetapi juga menjadi bagian dari budaya setempat yang secara halus merefleksikan posisi sosial dalam komunitas.
Hal yang sama juga terlihat dari panggung, tata rias, dan grup musik yang ditampilkan dalam acara walimatul 'ursy. Semua elemen ini sering kali mencerminkan status sosial tuan rumah.Â
Panggung yang megah dan dihias dengan detail yang indah, tata rias pengantin yang mewah, serta kehadiran grup musik terkenal menunjukkan bahwa tuan rumah memiliki posisi penting atau merupakan tokoh masyarakat.Â