Kita sering menilai mahal tidaknya sebuah harga hanya bersumber pada nominal yang tertera. Sebetulnya TIDAK demikian. Mahal itu ukurannya adalah isi kantong kita.Â
Tak ada yang pantas kita katakan mahal ketika isi kantong kita teramat tebal. Dan begitu pula sebaliknya. Walaupun memang mahal juga bisa diukur dengan membandingkan harga di tempat lain atau produk lain yang sejenis.
Jika anda pernah belajar kimia atau fisika, kita pernah mendengar hukum kekekalan zat atau kekekalan energi. Maka ketahuilah dalam ekonomi ada yang disebut hukum kekekalan nilai (ngarang dikit gpp).Â
Uang adalah benda yang tidak pernah hilang nilainya hanya karena dibelanjakan atau digunakan (Kita lupakan dulu inflasi atau deflasi). Uang bisa rusak karena digunakan tapi nilainya tetap sama dengan yang baru.
Ekonomi bergerak karena uang, walaupun sesungguhnya tanpa uang seharusnya bisa berjalan. Uang bisa melancarkan roda perekonomian karena nilainya. Dia menjadi tanda atas nilai-nilai dan dipercaya untuk menyimpan nilai-nilai itu.Â
Itulah sebabnya ekonomi dapat berjalan. Tanpa uang nilai-nilai itu sulit dipertukarkan. Seorang dokter dengan seorang guru sama-sama saling membutuhkan, namun bagaimana mereka bertransaksi jika tidak ada uang?
Mengapa harga di supermarket mahal?
Bayangkan ketika kita membeli beras dari tetangga seharga Rp10.000,-. Â Uang itu oleh ibu warung dibelikan bakso untuk anak-anaknya. Kemudian oleh tukang bakso dibelikan sayuran, oleh tukang sayur dibelanjakan lagi dan seterusnya.Â
Luar biasa bukan uang 10 ribu rupiah milik kita itu telah menjalankan roda perekonomian banyak orang. Karena beredar di lingkungan kita uang itu boleh akan kembali kepada kita.
Sekarang kita berbelanja di supermarket. Uang anda pasti akan mengalir ke pemilik supermarket itu yang keberadaannya entah dimana. Apa keuntungan yang kita peroleh dari belanja di supermarket? Harga murah. Apa sesungguhnya kerugian bagi kita? Uang yang bisa menggerakkan perekonomian pergi entah kemana.Â
Tak ada ibu warung yang membeli bakso, tak ada tukang bakso yang membeli sayuran, dan tukang sayur tidak juga berbelanja dan seterusnya. Mungkin di kota tidak begitu terasa, namun di kampung-kampung?