Mohon tunggu...
Asep Robi Anggana
Asep Robi Anggana Mohon Tunggu... Guru - ilusions

you can call me with Robi, Kesukaan saya terhadap menulis memotivasi saya untuk menjadi blogger dan bergabung di kompasiana. Selain menulis, hobi saya adalah traveling dan menyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Jadikan Aku yang Pertama (Cerbung Bagian 2)

10 Mei 2023   09:23 Diperbarui: 10 Mei 2023   09:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu mendapat telpon dari Sarah, Rei langsung sigap mengganti pakaian. Terlihat buru-buru sekaligus tergesa-gesa, rambut cepaknya disisir-sisirnya dengan jari, ia pun mematut-matuti di depan kaca, barangkali ada 'belek'yang bisa ia seka sehiginis mungkin. Aku yang sedang memakai pakaian di pojokan kamar, hanya bisa memandangi punggung laki-lakiku, yang sedang bersolek. Lagi-Lagi aku hanya bisa memendam kekecewaan dan kecemburuan ini di ulu hati. Aku harus pandai menyembunyikan raut wajahku, meskipun getir.

"Yang, aku jemput Sarah dulu ya.."katanya sembari membawa tas. Rei berjalan ke arahku, kemudian mencium keningku dengan lembut. "Senyum dong yang...besok aku datang lagi.."katanya lagi tersenyum manja.

"Nginep?"jawabku memastikan.

"Belum waktunya, harus ada alasan tepat yang. Sarah akhir-akhir ini sedang sensitif".

"Ya terus kapan?"kataku lagi, cari perhatian.

"Sampai ada momen yang tepat..yah? oke? aku pergi dulu yah..telat nih.."

Tanpa menghiraukanku lagi, Rei langsung melengos pergi, setengah berlari, seakan-akan Sarah akan memakannya jika benar-benar terlambat. Sementara itu, pandanganku belum sanggup kulepas sampai akhirnya punggung Rei benar-benar menghilang di hadapanku. Untuk kesekian kalinya, kuhelakan nafas, sungguh, aku merasa capek dengan kenyataan ini, tidak ada yang mau hidup dalam kepura-puraan, bertindak seperti tidak ada hubungan apa-apa, bertemu dalam diam, bercinta namun harus berpura-pura tidak bercinta, bersama namun harus terlihat tidak bersama, hidup macam apa ini?

Tuhan..sampai kapan aku seperti ini? aku benar-benar telah terperangkap pada lingkaran setan. kaki ini tak snaggup beranjak dari rasa cinta yang riskan dan tak semestinya ini. Apa yang paling hina dari kelakuan diri ini mencintai suami orang?'

Mulai..mulai lagi, hati ini mulai gelisah lagi, perasaan tidak tenang telah menguasai diri, rasa gusar tak ter-elakkan lagi. Tiba-Tiba ku ingat Emak-ku di kampung, tiba-tiba pula kuingat salat. Kulangkahkan kaki..ku nyalakan kran air, kuterkesiap meraup air wudhu. Seketika ketenangan menjalari area hati.

***

Pagi menjelma, sepertinya sang dewi malam telah berhasil di-depak sang mentari pagi. untuk menjalani perannya. Tak ada kicauan burung, karena memang tak sepantasnya ada burung di tengah hingar bingarnya kota Jakarta. Panasnya pagi telah begitu menyengat, tidak tahu, apakah sinarnya menyehatkan atau tidak? siatuasi ini membuatku dilema, apakah harus bertindak 'segar'atau berpura-pura 'segar?'. Sementara itu, hiruk pikuk kota Jakarta mulai terasa, sang metropolitan mulai sibuk lagi.

Setelah mereguk segelas coffe dan sepotong roti tawar, maka kuputuskan untuk mengendarai mobil menuju kantorku. Tentu saja, aku sangat siap berkompetisi di tengah jalanan, ikut menikmati macetnya kota Jakarta, mencari siasat, mencari cara untuk membunuh waktu dalam kemacetan. Dan, benar saja, belum sampai 15 menit, macet itu mulai terasa, mobil-mobil saling merayap, bahkan saat ini sudah pada tahap sekak, tak bisa beranjak kemanapun. Kutarik nafas dalam-dalam, mencoba menahan emosi.

Namun, tak kusangka, di tengah kecametan tersebut, kulihat sebuah mobil yang sepertinya tidak asing lagi, sampai benar-benar kupastikan melalui kaca bagian samping kanan, Yah..itu mobil Rei. kupandangi kaca mobilnya sengaja dibukakan, sepertinya memang ingin menghirup udara murni dari arah luar. Tentu saja, di sampingnya terdapat Sarah yang sepertinya asik mengocehkan sesuatu, sementara itu Rei terlihat tertawa lepas, sepertinya ocehan Sarah membuatnya terpingkal-pingkal. 

Kemudian, di bagian belakang Rei, masih dengan sepasang anaknya yang sibuk dengan gadgetnya. Sesekali salah satu anaknya menggumamkan sesuatu, seketika itu pula mereka tertawa berjamaah. 

Hatiku mulai meradang, bahkan sepertinya telah patah. Mengapa aku harus menyaksikan momen menjengkelkan itu di pagi hari ini. sunggu merusak semangat hidupku terlalu dini. Sesekali kulihati Sarah di samping Rei, aku tidak bisa menerima bahwa dirinya semakin cantik saja, kerudung berwarna pastel dengan rautnya yang begitu lembut akan terasa teduh bagi siapapun yang melihatnya. Sementara itu, kulitnya yang putih langsat serta bentuk gincu pada bibirnya yang soft semakin memperindah aura wajahnya yang memang sejatinya indah. Dan..seketika itu pula kulihati kaca spion di dekatku, kupandangi lekat-lekat wajahku, apa yang dilihat mas Rei dariku?

"Tiiitttttttt"Suara klakson dari arah belakang mengejutkanku.

(Bersambung)  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun