Setelah mereguk segelas coffe dan sepotong roti tawar, maka kuputuskan untuk mengendarai mobil menuju kantorku. Tentu saja, aku sangat siap berkompetisi di tengah jalanan, ikut menikmati macetnya kota Jakarta, mencari siasat, mencari cara untuk membunuh waktu dalam kemacetan. Dan, benar saja, belum sampai 15 menit, macet itu mulai terasa, mobil-mobil saling merayap, bahkan saat ini sudah pada tahap sekak, tak bisa beranjak kemanapun. Kutarik nafas dalam-dalam, mencoba menahan emosi.
Namun, tak kusangka, di tengah kecametan tersebut, kulihat sebuah mobil yang sepertinya tidak asing lagi, sampai benar-benar kupastikan melalui kaca bagian samping kanan, Yah..itu mobil Rei. kupandangi kaca mobilnya sengaja dibukakan, sepertinya memang ingin menghirup udara murni dari arah luar. Tentu saja, di sampingnya terdapat Sarah yang sepertinya asik mengocehkan sesuatu, sementara itu Rei terlihat tertawa lepas, sepertinya ocehan Sarah membuatnya terpingkal-pingkal.Â
Kemudian, di bagian belakang Rei, masih dengan sepasang anaknya yang sibuk dengan gadgetnya. Sesekali salah satu anaknya menggumamkan sesuatu, seketika itu pula mereka tertawa berjamaah.Â
Hatiku mulai meradang, bahkan sepertinya telah patah. Mengapa aku harus menyaksikan momen menjengkelkan itu di pagi hari ini. sunggu merusak semangat hidupku terlalu dini. Sesekali kulihati Sarah di samping Rei, aku tidak bisa menerima bahwa dirinya semakin cantik saja, kerudung berwarna pastel dengan rautnya yang begitu lembut akan terasa teduh bagi siapapun yang melihatnya. Sementara itu, kulitnya yang putih langsat serta bentuk gincu pada bibirnya yang soft semakin memperindah aura wajahnya yang memang sejatinya indah. Dan..seketika itu pula kulihati kaca spion di dekatku, kupandangi lekat-lekat wajahku, apa yang dilihat mas Rei dariku?
"Tiiitttttttt"Suara klakson dari arah belakang mengejutkanku.
(Bersambung) Â