1. Bait ini termasuk bahar thawil tam, arudnya 'Maqbudzoh' dharabnya 'Maqbud' yaitu membuang huruf kelima yang sukun asalnya 'Mafaaiilun' menjadi 'Mafaailun', Hasywunya pada baris pertama dan kedua Mahdzuf
2. Artinya
“Duh eneng gening teu nyana , Geulis lir bulan purnama,
Jadi buah hati ana Midedeh kabina-bina.
Mun teu emut kana qodar, Tinangtos ana teh sasar
Duh eneng masing kasobar Sing emut nasib jeng qodar.”
3. Syair ini populer sejak populernya kisah ki Ahmad kopeah beureum yang dibawakan oleh Ki Balap (KH. Mochammad Arief Sholeh), dalam tuturan Ki Balap Syair ini dibacakan oleh Ki Ahmad saat ia bersembunyi dan menarik perhatian Ratna Mintarsih yang kebetulan waktu itu sedang membawakan makanan untuk Ki Ahmad, setelah mendengar syair tersebut Ratna Mintarsih lalu mengetahui bahwa Ki Ahmad menyukainya.
4. Bahar Thawil
adalah bahar pertama dari dari bahar yang enam belas itu taf’ilahnya adalah “Fauulun Mafaaiilun Fauulun Mafaaiilun # Fauulun Mafaaiilun Fauulun Mafaaiilun"
dalam bahar ini hanya ada bait tam, bahar ini tidak dimasuki oleh bait majzu, masytur, dan manhuk, oleh karena itu bahar ini dinamakan bahar thawil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H