Mohon tunggu...
Asep Nirman
Asep Nirman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Bandung

Sedang belajar menjadi jurnalis/penulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Hal-Hal yang Harus Dijauhi Saat Puasa Menurut Pengarang kitab Maqhosidus Shiyam

17 Maret 2024   08:17 Diperbarui: 17 Maret 2024   10:22 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS


1. Wishal (a)

Qoola Abuu Hurairota Radiyallahu anhu aninnabiyi SAW Qoola, Iyyakum wal wishoola (2X) qiila innaka tuwashilu qoola innii abiitu yuth'imunii rabbii wa yusqiini faqfuluu minal amali maa tutfhiquuna (rowahul Bukhari). 



Yang artinya: Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Jauhilah puasa wishal (bersambung) 2x. Orang-orang berkata: Sesungguhnya engkau melakukan puasa wishal juga. Maka beliau bersabda: Sesungguhnya aku tidur seraya diberi makan dan minum oleh Tuhanku, oleh karena itu kerjakanlah amal perbuatan sesuai kemampuan. (HR. Imam Bukhari).

*
a. Wisal maknanya dengan sengaja meninggalkan makan dan minum di malam hari di antara dua puasa tanpa alasan, sebagaimana yang dikatakannya dalam Syarh al-Muhadhdhab. Dikatakan bahwa kondisi orang yang berpuasa itu kontinyu (terus menerus) , menurut yang kedua dilarang melakukan persetubuhan, muntah-muntah, dan sejenisnya, tetapi tidak (menurut pendapat) yang pertama.  Al-Khattabi berkata: Wishal adalah salah satu ciri yang dibolehkan Rasulullah SAW, dan hukumannya haram karena mirip maknanya yaitu adanya rasa takut. bagi orang yang berpuasa karena lemah dan kehilangan tenaga, sehingga tidak mampu menunaikan kewajiban puasa dan ketaatan lainnya, atau bosan jika ditimpa kesusahan, sehingga menjadi alasan untuk meninggalkannya.

Pastinya, wishal dilarang karena melemahnya tenaga dan musnahnya jasad tanpa ibadah. Adapun Rasulullah SAW, Sekalipun makan dan minumnya nyata di sisi Tuhannya, maka itu tidak termasuk wishal.

Dan melalui makan dan minum, dia mengungkapkan kekuatan hubungannya dengan Tuhan dan kegembiraan berada di dekat-Nya Ini menggantikan makan dan minum untuk menyegarkan tenaganya, dan nyatanya, ini  lebih informatif dari itu Makanan dan minum (a) , dalam sebuah syair

Waqod Shumtu an ladzaatin dahrii kulliha#wayauma liqookum dzaaka fathara shyiyaamii
Wawajadtu wajadtu ladzadzatan laka fil hasya#laisat lima'kuilin walaa masyrubin

Aku berpuasa dari kenikmatan seumur hidupku, dan pada hari aku bertemu denganmu, berbuka puasaku,
dan aku menemukan kenikmatan untukmu di perutku
yang bukan berupa makanan dan minuman.

*
(a) Al-Manawi berkata: Nutrisi hati dan kebahagiaan jiwa lebih besar pengaruhnya dibandingkan nutrisi tubuh dan asybah . Para nabi mempunyai jihat tajrid aspek ta'liq. Mengingat yang pertama, yang mana diberikan kepada mereka dari mabda yang pertama, maka mereka terlindungi dari apa yang menimpa manusia lainnya, seperti kelemahan, lapar, haus, lesu, dan tidak bisa tidur, dan dari mabda kedua, yang dianugerahkan kepada mereka, maka hal itu akan menimpa mereka. Hal ini rupanya karena sesuai dengan gender, sehingga adab syariat dapat diambil dari mereka, jika tidak maka tidak mungkin mereka mengambilnya, karena penampilan luarnya adalah manusia, tertimpa musibah, dan batin merka adalah rabbaniyatun mu'tadiyatun biladzatil munaajat.
Maka tidak ada pertentangan antara apa yang disebutkan di sini dengan pengikatan batu ke perutnya karena rasa lapar yang luar biasa, karena telah ditetapkan bahwa kondisi lahiriah mereka setara dengan gender dan kondisi batin mereka. makhluk-makhluk itu terpisah dari mereka, karena penampakan lahiriah mereka terhadap penciptaan ibarat cermin yang di dalamnya mereka melihat apa yang menjadi hak mereka, dan batin mereka berada dalam tabir gaib di sisi Tuhannya, tidak tertimpa ketidakmampuan manusia, baik kelaparan atau apa pun. Jadi ini koleksinya, mohon maaf, shofwan. Jarang sekali kita melihatnya dikumpulkan dalam sebuah buku, dan hanya sedikit yang terpapar.  Faydul Qadiir (3/123)

2. Mencium istri
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "telah ada Rasulullah SAW, dia akan datang saat dia berpuasa, dan dia akan mebasyarah  (a) saat dia berpuasa. Wakaana amlakakum li arabihii (b) 


Siapa pun yang sudah tua akan melindungi dirinya dari hasutan nafsu dan kerusakan.
Tidak ada salahnya berpuasa, meskipun ia seorang pemuda yang tidak merasa aman dari puasa tersebut, namun tidak disukai baginya karena apa yang terkandung di dalamnya.
 Mulai dari mengekspos ibadah hingga korupsi dan mempertaruhkannya.

*
a. (yubaasyir) dari mubasyarah, yaitu sentuhan, dan asal muasalnya adalah dari sentuhan kulit laki-laki ke kulit perempuan, dan dapat diartikan persetubuhan di dalam dan di luar alat kelaminnya, dan yang dimaksud di sini selain persetubuhan.  Dan ucapannya, "Aku kendalikan kamu di sisi Tuhannya," artinya dia lebih kuat darimu dalam mengendalikan dirinya dan aman dari terjerumus ke dalam akibat perbuatan mubasyarah tersebut Dari ejakulasi atau apa yang ditimbulkannya, seperti persetubuhan, kebutuhan itu disebut organ.  Lihat (Fath al-Bari (149/4)

b. Disepakati dari hadits Aisyah (Al-Talkhis Al-Habir (2/273)

3. Berbekam
Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan bekam ketika sedang berpuasa, lalu Anas ditanya, "Apakah kamu tidak menyukai bekam pada orang yang berpuasa?" Beliau menjawab, " Tidak, kecuali karena kelemahan." Barangsiapa yang dilemahkan karena bekam, maka hal itu dimakruhkan baginya, karena ia tidak aman dari berbuka atau dari beban ibadah yang ditanggungnya, maka ia menjadi sakit hati karenanya dan membenci mengibadahi tuhan.

4.  Mengecat kelopak mata 


Anas menggunakan cat kelopak saat berpuasa.  Al-A'mash berkata: Saya belum pernah melihat satu pun sahabat kami yang tidak menyukai kohl bagi orang yang berpuasa. Ibrahim mengizinkan orang yang berpuasa mengaplikasikan kohl dengan sabar .  Tidak ada perbedaan antara kohl tajam yang menembus tenggorokan dengan kohl lainnya, dan lebih baik dihindari, karena perselisihan di antara para ulama.

5 isyatinsyaq (Menghirup air saat berwudhu) .
Rasulullah SAW bersabda kepada Al-Qayt bin Sabra: "Lakukanlah wudhu hingga tuntas, dan campurkan antara keduanya.
 jari, dan berlebihan dalam menghirup kecuali jika Anda sedang berpuasa." Beliau melarang berlebihan karena hal itu akan membahayakan ibadah dan membuat seseorang terkena kerusakan,
Waalahu A'lam.
Alfatihah untuk pengarang kitab maqhosid ini


*kitab maqhosidus shiyam hal 16-19, karya imam izzuddin bin abdissalam, maktabah Ar-Rasudlah Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun