Mohon tunggu...
asep halimurosid
asep halimurosid Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Agama Islam SDN Hegarmanah Kec. Cugenang Kab. Cianjur

Asep Halimurosid, S. Ag., M. Pd akrab dipanggil “aa” atau “Asep halie” ini Lahir 16 Juli 1979, di Kampung Warung Seuseupan Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Anak Pertama dari dua bersaudara yang merupakan buah kasih sayang dari pasangan suami istri H. M. Ocid Rosidi dengan Hj. Yeyen Holisoh. Adinda bernama M. Dede Harun Arrosyid. Menikah dengan Vhiena Octaviani dan ananda Reyhan Azriel Zabran. Penulis menempuh pendidikan formal Tk Al I’anah Cianjur melanjutkan di SDN Sukamanah 1 Cianjur lulus tahun 1991, SMP Negeri 1 Cianjur lulus Tahun 1994, SMA Negeri 1 Cianjur lulus 1997. Pendidikan Tinggi di STAI Al Musaddadiyah Garut Fakultas Tarbiyah (PAI) Lulus tahun 2001 selama menempuh S1, S2 di Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung dan mengambil program (S2) Bidang Study Pendidikan Agama Islam lulus tahun 2021.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjelajahi Prinsip-Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan Berlandaskan Kebajikan dalam Kepemimpinan

5 Agustus 2024   09:12 Diperbarui: 5 Agustus 2024   09:15 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rangkuman Koneksi Antar Materi -- Modul 3.1 Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Menjelajahi Prinsip-Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan yang Berlandaskan Kebajikan dalam Kepemimpinan Pendidikan

Tulisan ini merupakan jawaban dari Modul 3.1.a.8.2 mengenai Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Ringkasan dari modul 3.1 ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi Bapak/Ibu guru atau pembaca untuk melaksanakan di sekolah atau tempat bertugas masing-masing. Panduan pertanyaan dari LMS Guru Penggerak juga turut disertakan. Semoga bermanfaat dan memotivasi. Salam dan Bahagia.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka memiliki dampak yang mendalam dalam menentukan cara seorang guru memimpin proses pembelajaran. Prinsip-prinsip yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara, seperti Ing Ngarso Sung Tulodo (Seorang pemimpin harus memberi teladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dari tengah), dan Tut Wuri Handayani (Seorang pemimpin harus mendukung dari belakang), menjadi panduan penting bagi pendidik. 

Prinsip ini mengajarkan bahwa seorang guru sebagai pemimpin harus mampu memberikan contoh yang baik, memotivasi dan menginspirasi siswa, serta memberikan dukungan dari belakang untuk mendorong kemajuan mereka. Filosofi ini menekankan bahwa keputusan yang dibuat oleh guru harus selalu berpihak pada kepentingan siswa, dengan tujuan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter, sesuai dengan profil pelajar Pancasila. 

Dalam pelaksanaan pembelajaran, filosofi ini mengarahkan guru untuk tidak hanya fokus pada materi kurikulum, tetapi juga secara konsisten menyampaikan nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, setiap keputusan yang diambil oleh guru harus mencerminkan komitmen untuk memberikan teladan, dorongan, dan motivasi yang bermanfaat bagi perkembangan siswa.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru memiliki nilai-nilai positif seperti kemandirian, reflektivitas, kolaborasi, inovasi, dan kepedulian terhadap murid yang membimbing mereka dalam pengambilan keputusan, terutama dalam menghadapi dilema etika dan moral. Nilai-nilai ini tidak hanya mempengaruhi cara mereka mengajar tetapi juga memastikan keputusan yang mereka buat tepat dan adil, mendukung kepentingan murid, dan meminimalkan resiko. 

Implementasi nilai-nilai tersebut mencerminkan kompetensi sosial emosional, seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berinteraksi sosial. Dengan teguh memegang prinsip keberpihakan terhadap murid, religiusitas, moral kebajikan universal, dan tanggung jawab, guru dapat membuat keputusan yang matang, bertanggung jawab, dan bijaksana, serta menghadapi tantangan dengan percaya diri.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Kita sering menghadapi tantangan yang memerlukan keputusan cermat dan strategis, yang dapat mempengaruhi masa depan organisasi. Salah satu keterampilan yang sangat membantu dalam proses ini adalah coaching.

Sebagai pendidik, penting bagi guru untuk menguasai keterampilan coaching. Dalam pembelajaran, bimbingan pengambilan keputusan oleh fasilitator melalui coaching memperdalam pemahaman. Teknik coaching yang baik, berdasarkan etika dan nilai-nilai kebajikan serta sesuai dengan visi dan misi sekolah, dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan murid dan budaya positif di sekolah.

Melaksanakan coaching di sekolah harus berprinsip kesetaraan, menghindari kesan menggurui, dan menciptakan rasa nyaman. Coach membantu mengidentifikasi masalah dan memberikan pertanyaan konstruktif, sementara coachee dapat mengungkapkan kendala dan menemukan solusi. Coach yang baik mampu mendengarkan dengan seksama, mengajukan pertanyaan relevan, dan membantu menyelesaikan masalah siswa. Melalui coaching, guru dapat lebih efektif mendukung siswa menghadapi tantangan dalam belajar dan menjalankan tugas serta tanggung jawab mereka.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai guru, penting bagi kita untuk mengatasi perbedaan minat dan gaya belajar siswa di kelas agar setiap individu dapat merasakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan profil belajar mereka masing-masing. Pengambilan keputusan yang akurat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa kebutuhan semua siswa dapat terpenuhi dengan optimal. Dalam hal ini, kompetensi sosial dan emosional menjadi kunci, memungkinkan guru untuk fokus pada proses pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat dan bijaksana. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan konsep merdeka belajar di kelas dan di sekolah secara efektif.

Dukumen pribadi
Dukumen pribadi

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan fokus pada kepentingan siswa dapat terwujud melalui pendidik yang mampu memberikan solusi efektif untuk setiap tantangan. Pendidik yang cakap menilai permasalahan dari berbagai sudut pandang dan membedakan antara dilema etika dan bujukan moral akan lebih mampu membuat keputusan yang tepat. 

Nilai-nilai pribadi pendidik sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan; jika nilai tersebut positif, keputusan akan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Guru Penggerak, dengan nilai-nilai reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada siswa, lebih mampu membuat keputusan yang tepat dalam konteks moral dan etika, meminimalisir kesalahan yang merugikan siswa. Nilai-nilai seperti kejujuran, loyalitas, dan kepedulian penting dalam pengambilan keputusan. 

Seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai faktor berdasarkan nilai etika yang dianut. Dilema etika adalah situasi konflik antara dua nilai atau norma penting yang bertentangan. Dalam menghadapi dilema ini, guru harus berpegang pada empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengujian pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 

Keputusan yang kita buat, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki dampak signifikan terhadap implementasi pembelajaran dan situasi di sekolah. Setiap pilihan yang diambil harus didasarkan pada prinsip-prinsip kebajikan, keteladanan, dan kebijaksanaan, serta mematuhi norma-norma yang berlaku. Dengan mengikuti pedoman tersebut, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, kondusif, aman, dan nyaman. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk belajar dengan efektif dan mengembangkan kompetensi mereka secara optimal.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Menurut pendapat saya, hasil dari keputusan yang diambil sangat bergantung pada kualitas keputusan itu sendiri. Jika keputusan tersebut mendukung kebutuhan murid, misalnya dalam hal metode pengajaran, media pembelajaran, dan sistem penilaian maka murid akan mendapatkan kebebasan dalam belajar yang memungkinkan mereka berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuan mereka. 

Sebaliknya, jika keputusan tersebut tidak memperhatikan kebutuhan murid, maka kebebasan belajar yang diharapkan hanya akan menjadi angan-angan, dan perkembangan murid tidak akan optimal. Ketika masalah timbul yang melibatkan pihak lain seperti guru atau karyawan, saya akan mempertimbangkan dampak keputusan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk memastikan bahwa keputusan tersebut berkontribusi positif bagi lingkungan sekolah secara keseluruhan.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai seorang guru yang sehari-hari berinteraksi dengan murid dan rekan sejawat yang memiliki berbagai karakter dan menghadapi berbagai masalah, saya merasa sangat terbantu dengan penjelasan dari modul 3.1. Sebelumnya, kami sering menghadapi masalah dan menyelesaikannya melalui pendekatan mentor atau konseling. 

Namun, setelah mempelajari coaching, kami dapat mengembangkan cara berpikir kami dan membuat keputusan yang lebih mengutamakan kepentingan murid, meskipun terkadang rekan sejawat belum sepenuhnya memiliki pemikiran yang sama. Dengan materi yang telah dipelajari dalam modul Guru Penggerak, seharusnya kami dapat mengambil keputusan yang positif, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang bagi siswa, serta mendukung mereka untuk menjadi pelajar dengan karakter Profil Pelajar Pancasila sambil tetap memiliki kompetensi yang unggul.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran memiliki dampak yang signifikan, baik dalam jangka pendek maupun panjang, terhadap murid. Setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan akan tercatat dan menjadi contoh bagi murid dalam cara mereka berpikir dan bertindak di masa depan, serta mempengaruhi bagaimana mereka membuat keputusan dalam masyarakat nantinya. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pendidik untuk membuat keputusan yang tepat, benar, dan bijaksana, melalui analisis dan pengujian yang mendalam. Pengujian ini melibatkan lima aspek penting: uji legalitas, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan. Dengan menggunakan kelima uji ini, keputusan yang diambil dapat dipastikan akurat dan teruji, sehingga tidak menyesatkan murid dan mendukung mereka dalam mencapai tujuan mereka dengan benar.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dari pembelajaran ini adalah bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi penting bagi guru, yang harus berlandaskan pada Filosofi Ki Hajar Dewantara. Keputusan tersebut mempengaruhi pola pikir dan karakter murid, serta harus berdasarkan budaya positif dan mengikuti alur BAGJA untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan nyaman, serta mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila.

Untuk menghadapi dilema etika dan bujukan moral, panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan diperlukan agar keputusan selalu berpihak pada murid. Sekolah berfungsi memberikan pelayanan, bimbingan, pendidikan, dan pengajaran untuk membentuk sifat, tingkah laku baik, serta transfer ilmu dan karakter.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus bijaksana dalam mengambil keputusan dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan dan alur BAGJA untuk menciptakan budaya positif. Guru juga memiliki tugas penting dalam mengantarkan murid menuju Profil Pelajar Pancasila, membutuhkan komitmen dari semua pihak, serta pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan murid sesuai bakat, minat, dan gaya belajar mereka.

Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus menggunakan prinsip mindfulness dalam menghadapi dilema etika atau moral, mempertimbangkan semua opsi dan konsekuensi, serta mengarahkan murid dalam pengembangan potensi mereka untuk mencapai kemerdekaan belajar.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya menemukan bahwa pengambilan keputusan ternyata melibatkan lebih dari sekadar analisis dan pertimbangan. Proses ini memerlukan paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian yang sistematis untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tepat dan memberikan manfaat yang luas. Selain itu, secara individu, keberanian untuk menghadapi segala konsekuensi dari keputusan yang diambil sangat penting.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum saya mempelajari modul ini, keputusan yang saya ambil dalam situasi dilema etika seringkali hanya didasarkan pada pertimbangan pribadi dan kepatuhan terhadap aturan, tanpa proses evaluasi yang mendalam. Saya merasa puas selama keputusan yang diambil tidak merugikan banyak pihak dan sesuai dengan regulasi yang ada. 

Namun, setelah mempelajari modul ini, saya mendapatkan pemahaman yang lebih luas mengenai pengambilan keputusan yang efektif. Saya kini lebih yakin dalam menerapkan langkah-langkah khusus, sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian keputusan, untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil benar-benar tepat dan berdampak positif.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Menguasai modul ini memberikan dampak yang sangat positif, memungkinkan kita untuk secara efektif membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta menghadapinya dengan bijaksana. Semua ini berlandaskan pada tiga prinsip dan sembilan langkah yang telah ditetapkan. 

Saya berencana untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam setiap keputusan yang saya buat, baik dalam kapasitas saya sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan dasar yang kokoh ini, saya yakin keputusan yang diambil akan lebih tepat dan akurat, serta selalu berpihak pada kepentingan murid.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi dalam modul ini sangat penting baik bagi individu maupun pemimpin pembelajaran, terutama bagi calon pemimpin. Modul 3.1 sangat berharga bagi saya karena, dalam berbagai peran, kita sering dihadapkan dengan permasalahan yang menuntut pengambilan keputusan. Keputusan tersebut akan menghasilkan kebijakan yang mempengaruhi perjalanan sekolah menuju merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan, yang didasarkan pada 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip. Selain itu, keputusan harus diuji melalui tiga uji: Uji Intuisi (berpikir berbasis peraturan), Uji Publikasi (berpikir berbasis hasil akhir), dan Uji Panutan/Idola (berpikir berbasis rasa peduli).

Demikian koneksi antar materi modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, semoga bermanfaat.

#Bergerak, tergerak dan menggerakkan

# Salam dan Bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun